Tag: anak

Status Facebook 16 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https: http://bit.ly/2xUaJkx


 

Kekhawatiran ini sudah semakin menjadi. Kemarin saya bertemu anak yang mengendarai motor boncengan bertiga. Dari postur tubuhnya, saya duga si anak duduk di bangku 6 SD. Anak yang berbadan kecil DAN tanpa helm itu, memboncengkan ibunya yang lumayan gendut badannya😢. Di bagian tengah, duduk anak lain berusia sekitar 10 tahun. Karena terjatuh dan mengenai mobil yang ada di depan kami, akhirnya kami ikut berhenti. Untung saja tidak ada yang terluka parah. Pikir saya, hal tsb kesempatan baik untuk menyadarkan si ibu. Saya ingatkan baik2 ibu tersebut atas bahaya anak di bawah umur mengendarai motor. Tapi sayang, sang ibu malah menyalak.

“Apa urusan lo, mbak.. Ini anak, anak gue. Motor, motor gue. Mau jatuh, mau benjol, gue berobat pake duit gue. Gak pake duit elo.”😭🙈
Ya Allah, saya merasa sedih sekali mendengarnya. Seorang ibu, tega berkata demikian dan terkesan sangat tidak peduli telah membahayakan keselamatan anaknya. Juga sudah membahayakan nyawa orang lain.
Semoga petisi ini (http://chn.ge/2ak7d7L) bukan sekedar menjadi wacana atau usulan. Semoga benar2 bisa didengar pemerintah sehingga dapat meningkatkan kepedulian orangtua (wali).
Foto: Another coverage from TV Media about the petition.#nodrivingunderage17
Salam hangat,
Saleha Juliandi

Status Facebook 16 Oktober 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi: https://goo.gl/DFwVuY


Obrolan menarik saya dengan si sulung (3 SMP).
Sulung: “Bunda, beda banget ya temen-temenku di Indonesia dengan temen-temen di Jepang.”
Saya: “Beda bagaimana?”
Sulung: “Kalau temen2 di Indonesia pada males-males. Ngerjain piket harian aja banyak yang menghindar. Padahal cuma seminggu sekali dan cuma piket nyapu kelas. Gimana kalau piketnya setiap hari dan disuruh ngosek WC dan nyikat kolam renang kayak di sekolah Jepang ya.”
Saya: “Lha Mbak Jasmine sendiri gimana? males gak?”
Sulung: “Ya kadang jadi ketularan males sih. Habis banyak yang lempar tanggung jawab jadi aku sendiri yang ngerjain. Dulu pas di Jepang temen2 pada semangat banget ngerjain piket walau piketnya berat-berat. Guru (sensei)ku di Jepang nyuruh kerja baktinya pinter banget. Contohnya waktu itu kan masuk musim panas. Jadi murid-murid harus gotong royong bersihin kolam renang yang segede gaban ukurannya karena mau dipakai untuk kegiatan renang musim panas. Trus banyak temen2 pada bilang ‘iyada.. oki kara taihen da (gak mau…susah ya besar banget kolam renangnya)’. Trus tanggapan sensei begini, ‘wah kamu belum tahu sih rasanya bersihin kolam renang. Seru tahu! Kamu bisa bersihin sambil main seluncuran! Pasti nyesel deh kalau kamu gak mau bersihin kolam renang.’ Wah trus aku dan temen2 langsung berubah pada semangat banget. Dan memang seru. Kita bersihin kolam renang sambil main seluncuran. Sensei juga ikut bersihin kolam renang sambil ngawasin kita-kita. Sama waktu piket ngepel lantai (ngepelnya pakai tangan dan sambil nungging loh bun, bukan ngepel berdiri pakai gagang pel). Sensei bilang begini, ‘ngepel lantai itu seru. Kamu bisa sambil main balap-balapan sama temenmu’. Dan emang seru dan bikin kita semua semangat😊.”
Saya: oo gitu ya wah pantes anak2 Jepang kelihatan rajin-rajin banget. Ternyata gurunya pintar dalam memberikan tugas. Makasih Mbak Jasmine, bunda sharing ceritanya ke teman-teman Bunda, yah😘
(Lagi2, saya banyak belajar dari anak😊)
===
Reminder untuk kita semua (termasuk saya):
Meminta anak mengerjakan tugas berat memerlukan trik cerdas. Siapa sih yang doyan sama tugas berat. Kita yang sudah dewasa saja males kan mengerjakan tugas berat?😄. “PILIHAN KALIMAT” sangat berperan besar dalam memotivasi anak agar giat menyelesaikan tugas dengan sukarela tanpa paksaan dan ancaman. Ternyata yang salah itu bukan anaknya. Tapi cara kita (orangtua/guru) yang tidak pandai meminta anak untuk mengerjakan tugas.
(CatatanSaleha Juliandi,www.salehajuliandi.com)
===
Foto: ukuran kolam renang segede gaban yang dimiliki semua SD di Jepang. Sebesar itu, dibersihkan oleh tangan-tangan mungil anak SD. Tanpa andil petugas cleaning service. Foto diambil darihttps://lifesimplycrafted.com/tag/swimming/.

Status Facebook 25 Mei 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https://goo.gl/gu5jtG



Daftar pertanyaan untuk Ibu sebelum membuka sosmed atau mengambil jatah “me time” :
1. Sudahkah mengecek bacaan salat anak-anak?
2. Sudahkah mengecek hafalan surah anak-anak?
3. Sudahkah mengecek bacaan iqro (Al-Quran) anak-anak?
4. Sudahkah mengecek pelajaran (kemampuan akademis-kognitif) anak-anak?
5. Sudahkah mengecek ketrampilan penunjang lain yang akan membantu anak mampu bersaing di zamannya nanti?
6. Sudahkah menemani anak-anak bermain at least membacakan buku untuk mereka?
7. Sudahkah berbicara dari hati ke hati kepada anak at least menanyakan kabarnya hari ini?
8. … bisa diisi sendiri menyesuaikan kondisi masing2.
Ternyata banyak banget ya tugas wanita. Tidak sekedar urusan dapur dan kasur😊. Tapi juga tidak kalah penting adalah tugas dalam mendidik anak-anak. Tentu daftar tugas di atas gak harus “brug” dilakukan dalam satu waktu. Bisa dipotong2, diselingi dengan “me time” atau tugas lain. Agar anaknya tidak bosan juga. Yang penting dalam sehari harus dilakukan semua Tugas Ibu tsb. Kalau saya, saya selingi mengurus bisnis dan dapur. Kadang saya selingi baca buku atau nonton tv sebagai me time. Tergantung mood dan target lain😁.
Tips Ibu agar tidak lupa pada peraturan:
1. sign out dari seluruh akun sosmed agar tidak tergoda membukanya sebelum tugas-tugas mendidik anak dilakukan.
2. Catat “Peraturan untuk Ibu” di tempat yang gamblang bisa dilihat setiap saat. Kalau perlu ditempel di casing HP dan laptop😊
“Tidak hanya anak yang memerlukan peraturan, tapi orangtua pun memerlukannya”
-saleha juliandi-
—-
Jangan lewatkan Tur Jepang Murah Tapi Gak Asal Murahan bersama kami. Atau dapatkan Produk-Produk Best Seller kami.

Mengapa Anak Menyukai Game?

gadget-anakSaya biasanya mulai gerah dan bawel kalau melihat anak-anak mulai kelamaan bermain game. Bukan hanya akan merusak mata karena terlalu lama menatap layar, tapi juga badan menjadi kurang fit karena gerakan fisik berkurang. Terlalu lama bermain game juga akan cenderung menyebabkan menurunnya kreativitas anak serta mengurangi kesempatannya dalam berinteraksi dengan anggota keluarga dan juga teman-temannya.

Kenapa anak-anak cenderung lebih senang bermain game? Bagaimana cara mengatasinya?Simak penjelasan selanjutnya di bawah ini.

Perkembangan teknologi gadget dewasa ini sangat cepat, smartphone, tablet, ipad dan komputer baik pc dan laptop memungkinkan kita untuk mendownload dengan mudah berbagai aplikasi, salah satunya adalah game. Dengan modal sinyal wifi atau paket data yang terjangkau berbagai game dapat diunggah, bahkan anak-anak sudah dapat melakukan unggah atau dengan dibantu orang tua.

Tanpa disadari peran orang tua lah yang membuat kebanyakan anak dan remaja mengalami kecanduan main game lewat gadget yang mereka miliki. Orang tua kadang menghadiahkan gadet terbaru dan terbaik untuk putra-putrinya tanpa menyadari efek atau akibatnya. Kadang orang tua lengah atau bahkan senang bila anak tidak rewel sebab dengan meninggalkan mereka untuk bermain game, orang tua dapat beraktifitas dengan bebas atau beristirahat.

Main game dengan frekuensi yang tidak terlalu sering mungkin baik sebagai pengisi waktu atau saat santai. Namun orang tua patut waspada bila anak-anak mulai terlalu sering main game hingga melupakan tugas utamanya untuk belajar, bersosialisasi, beribadah atau membantu orang tua.

Mengapa seseorang atau anak-anak dapat kecanduan bermain game ? Bila Anda perhatikan banyak permainan game di gadget tersebut menjadikan anak sebagai tokoh utama yang memainkan game. Anak bisa menjadi raja, pemimpin, pembasmi kejahatan, pahlawan yang dihargai dan dihormati. Selain itu bila menang, anak akan mendapatkan reward atau penghargaan baik berupa poin maupun hadiah pulsa atau dapat mendownload game lain secara gratis. Namun sayangnya reward dan penghargaan tersebut hanya didapat dari dunia maya bukan kenyataan.

Orang tua patut waspada dan lebih meluangkan waktu lebih banyak untuk memantau apakah dalam kehidupan nyata anak mendapatkan cukup perhatian dan penghargaan dari Anda sebagai orang dan teman-temannya. Seorang anak yang mendapatkan perlakukan yang tidak adil disekolah, kurang perhatian dari orang tua, kurang penghargaan dari teman-temannya, gagal dalam nilai pelajaran akan melarikan diri dari kenyataan dengan bermain game, sebab dari permainan game tersebut dia mendapatkan reward dan kekuasaan. Sebagai orang tua kita juga harus dapat menerima anak-anak apa adanya, bila mereka tidak menyukai pelajaran tertentu carilah cara yang menyenangkan untuk mengajarinya agar tidak mendapatkan nilai yang buruk di sekolah bahkan membenci pelajaran bahkan guru di sekolah.

Dalam permainan game tersebut, si anak dapat menjadi seseorang yang hebat dan menjadi pahlawan, maka di dunia nyata jadikan anak menjadi sosok yang bermanfaat pula. Hargailah sekecil apapun pekerjaan atau prestasinya. Bahkan ketika dia bersedia membantu menyapu rumah meski tak bersih sempurna tetaplah puji hasil kerjanya dan berikan semangat agar dapat menyapu lebih bersih lagi nantinya. Ketika anak mendapatkan nilai buruk pada pelajaran sekolahnya, tanyakan dengan bahasa yang lembut dan santun dimana letak kesulitannya dan ajari dia dengan baik agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Selalu miliki waktu untuk ngobrol dengannya sehingga lambat laun si anak akan mengurangi kegiatannya main game.

Buatlah aktifitas bermain dengan anak dengan cara-cara yang menyenangkan dan kreatif. Cari tahu kesukaan anak dan ajak dia bersama Anda selaku orang tua untuk melakukan aktifitas tersebut bersama-sama sehingga si anak akan merasa nyaman bermain dengan Anda daripada bermain game.

Berikan pula buku bacaan kepada anak yang menarik yang isinya bermanfaat dan dapat pula dijadikan sebagai sarana belajar apalagi bila turut menunjang pelajaran di sekolah dengan bahasa dan gambar yang mudah dipahami dan menarik.

Salah satu buku yang direkomendasikan adalah Magic Science (Belajar Sains dengan Sulap). Melalui buku ini, anak akan diajak bermain sains yang selama ini dikenal sulit dan hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Bersama buku ini anak-anak dapat melakukan 10 jenis permainan sains dan trik sulap yang dilengkapi dengan gambar, dongeng cerita anak dan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah. Selain buku tersebut, juga bisa memanfaatkan perangkat Edu-colostick 3 Dimensi, dimana anak-anak dapat menggambar dan menempel gambar-gambar pop-up sehingga membentuk lukisan 3 dimensi.

Semoga artikel diatas dapat berguna bagi para orang tua yang memiliki anak keranjingan main game over dosis. Selamat bermain bersama putra putri tercinta.

Teknik Sederhana Menulis Cerita Anak

Oleh’ Susanti Hara Jv
Masa kanak-kanak adalah dunia yang pernah seorang dewasa lewati. Masa di mana mereka memiliki kebebasan imajinasi untuk bermain peran bersama teman menjadi apa saja. Saya ingat ketika masih kecil bisa berperan menjadi penjahat, polisi, guru, dan seluruh teman saya menokohkan karakter lainnya. Kami menikmati semua permainan itu tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Saking asyiknya bermain. Begitu sekarang berada dalam dunia pendidikan anak luar biasa, rasanya masih tetap saja dunia anak adalah dunia bermain untuk memerankan karakter yang mereka lihat dan juga rasakan. Saya sering melihat peserta didik di sekolah saya memanfaatkan waktu bermain peran menjadi ayah, ibu, dan juga anak. Bahkan, seringkali mereka bermain peran menirukan beberapa profesi yang mereka baca dari buku, ataupun mereka lihat dari tayangan televisi. Semua itu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Tetapi, bukan tulisan biasa jika ingin dimuat di media, terbit, dan dibaca milyaran anak Indonesia. Cerita di atas semoga bisa menjadi gambaran, betapa luasnya nanti teknik dalam menulis cerita anak. Sesuatu yang berawal dari diri sendiri, kisah masa kecil, bisa dituangkan menjadi cerita anak. Bagi penulis yang sudah malang melintang dalam dunia kepenulisan, mungkin akan banyak menemukan teknik menulis. Proses kreatif yang tentunya berbeda antara penulis yang satu dengan penulis lainnya. Namun, intinya adalah jika ingin menulis cerita anak, kita harus “liar” dalam menulis, dan menuangkannya. Sehingga kita punya banyak kreatifitas dalam mengungkapkan bahasa tulisan. Tulisan benar-benar berkesan bahkan berpengaruh bagi pembaca cilik. Contohnya saja untuk menulis tema “Keluarga”. Maka setidaknya ada beberapa orang yang kita ingat, seperti: “Ayah”,  “Ibu”,  “Kakek”,  “Nenek”, “Kakak”, “Adik”,  dst. Dari karakter di atas, tentu akan ditemukan berbagai fenomena berbeda. Seperti ide menuliskan “Kakek”, maka setidaknya ada beberapa hal terkait dengan ide itu, seperti: – Siapa Kakek? – Di mana tempat tinggalnya? -Seberapa jauh jarak rumah Kakek dengan Anak? – Apa pekerjaan Kakek? – Bersama siapa Kakek tinggal? – Adakah pengalaman mengesankan bersama Kakek?
– Adakah pengalaman memalukan bersama Kakek? – Cerita apa yang menarik tentang Kakek?  -dst Sangat sederhana, bukan? Benar-benar “liar” dan tanpa batas. Semakin banyak keterkaitan ide dengan peristiwa atau pengalaman, tentu semakin mudah menulis.
Pertanyaannya, bagaimana mulai menulis cerita anak? Bagaimana memulai kata atau kalimat di awal paragraph? Semoga beberapa teknik yang saya dapat dari beberapa guru, baik itu belajar secara langsung maupun media sosial, cukup membantu untuk mulai menulis cerita anak. Kalau masih dirasa kesulitan, sila kirim pertanyaan. Dengan senang hati akan saya berikan tanggapan. Inilah beberapa teknik yang menurut saya memudahkan untuk memulai menulis cerita anak.

  1. Teknik Deskripsi Waktu Ini bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan tertentu dengan menggunakan setting waktu. Bisa menunjukkan detik, menit, jam, hari,tanggal, bulan, tahun, siang hari, tengah malam dan seterusnya seiring waktu berjalan. Misalnya: Malam semakin gelap, Ayah belum juga pulang. Kudengar jam berdentang sepuluh kali. Hatiku tidak tenang. Biasanya, pukul 06.00 WIB, Ayah sudah sampai rumah. Aku jadi bertanya-tanya, apakah terjadi sesuatu dengan Ayah di tempatnya bekerja?
  2. Teknik Deskripsi Tempat Memulai tulisan dengan menggunakan setting tempat, tentu akan cukup mudah. Banyak sekali tempat yang pernah kita lewati dalam kehidupan sehari-hari. Teknik ini berhubungan dengan di mana terjadinya kisah atau peristiwa. Tempat dalam cerita anak sangat luas. Bahkan, sampai ke negeri dongeng, peri, dan sebagainya. Tidak hanya melulu tempat itu sebuah rumah, bangunan, toko, pedesaan, kota, negara, lautan, dan seterusnya. Anak-anak perempuan pada masa kini, lebih menyukai kisah putri dan kerajaan. Hal ini tentu berhubungan dengan dunia mereka yang liar.  Misalnya: Di sebuah kerajaan yang tenang, Putri Anti duduk sendirian. Dia tidak mau ke luar kamar. Ketika Bi Asih, pengasuhnya datang, Putri Anti mengunci mulutnya. “Ada apa Tuan Putri?” tanya Bi Asih, “Kenapa mengurung diri terus?” Dst.
  3. Teknik Deskripsi Orang Teknik mulai menulis deskripsi orang ini digunakan dengan menggambarkan sosok tokoh. Baik itu tokoh utama maupun tokoh pembantu. Intinya, ada orang, hewan, tumbuhan, atau karakter lain seperti peri yang terlihat dalam dunia anak dan bisa digambarkan melalui kata-kata. Misalnya: Tangan Peri Para, peri pengantar debu memerah. Peri paling cantik di negeri Hijau itu terkejut bukan main. Dia berteriak, “Tolong!” Dst… 4. Teknik Memulai Cerita Anak dengan Konflik Konflik dalam cerita anak sebenarnya sangat banyak. Tetapi, dalam menuangkannya, terutama cerita pendek yang sekali duduk dibaca anak dapat tuntas, sebaiknya hanya menceritakan satu konflik. Tulislah konflik yang benar-benar berkesan meskipun hasil rekayasa penulisnya. Misalnya:  “Aku tidak mau berteman lagi sama kamu,” bentak Dita seenaknya saja. Anggi melongo tak percaya, “Tapi Dit, memangnya aku salah apa?” Dst…. 5. Teknik Memulai dengan Aksi Untuk teknik ini, saya yakin sudah banyak yang bisa menebaknya. Tokoh dalam cerita melakukan suatu tindakan, gerak, atau sikap yang berhubungan dengan aksi. Misalnya: Andi membelokkan sepedanya ke kiri. Dia menghindari tabrakan dengan sepeda Tito. Tapi, sayang, begitu berbelok, Andi tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya. Akhirnya, Andi terjerembap di dalam kolam ikan Pak Saswi. Dst….
  4. Teknik Memulai dengan Dialog Teknik ini saya anggap paling mudah di antara sekian banyak teknik. Menulis menggunakan teknik ini, rasanya dari awal sudah terbangun cerita, tinggal memoles deskripsinya. Misalnya: “Siapa yang membawa baju bergambar Ultraman ini, Dit?” tanya Anto. Bukannya menjawab, Anto malah bertanya, “Memangnya kenapa?” “Aku suka baju ini. Aku ingin membelinya, tapi belum punya uang.” Dst…

Itulah beberapa teknik memulai menulis cerita. Silakan gunakan yang mana saja. Seiring berkembangnya kemampuan, maka akan semakin terampil dalam menulis. Awalnya, mungkin akan terasa begitu sulit. Tetapi jika sudah sering menulis, tanpa melihat lagi teknik apapun, insya Allah menulis tinggal menuangkan isi kepala ke dalam bentuk cerita. Selamat mengaplikasikan. Mari terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Berlatih untuk menghasilkan karya berkesan. Berpengaruh positif bagi generasi penerus bangsa.