Tag: sabun

Tangan Kasar Akibat Cuci Piring: Mengganti Sabun Cuci Piring dengan Sabun Tangan, Sabun Mandi atau Shampo. Bisakah..?

sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/
Sebagai mom and writerpreneur, keseharian saya disibukkan dengan urusan mengurus rumah, anak, menulis, hingga urusan bisnis. Karena sudah 2 bulan ini kami tidak memakai pembantu rumah tangga (PRT), sehingga semua urusan rumah kami lakukan bergotong-royong. Biasanya si sulung (1 SMP) mencuci dan menjemur pakaian. Anak ke-2, 3, dan 4 (4,5 – 6,5 tahun) membuang sampah dari dalam rumah ke tong sampah besar di depan rumah sebelum diambil oleh petugas kebersihan, menyiram tanaman, memberi makan ikan, mengisi toples2 air dan memasukkannya ke dalam kulkas. Suami melipat dan menyetrika baju. Sedangkan saya, menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci piring.
Nah, untuk urusan cuci piring ini, saya paling enggak suka. Baru 2 bulan mencuci piring sendiri, tangan terasa panas dan kasar. Padahal yang saya gunakan adalah sabun cuci piring kategori mahal, hehe..
Kebetulan sekali kami bekerjasama dengan Elexmedia baru saja menerbitkan buku “Smart Mom in The Kitchen”, karya sahabat saya, Mbak Meilina Widyawati, Ph.D. Menurut buku tersebut dan hasil diskusi saya dengannya, berikut saya buat rangkumannya:
Sabun merupakan produk dari reaksi saponifikasi antara lemak/minyak dan senyawa alkali. Berdasarkan jenis alkali yang digunakan, dikenal 2 jenis sabun, yaitu ‘sabun keras’ & ‘sabun lunak’. ‘Sabun keras’, jika alkali yang digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH). Sedangkan ‘sabun lunak’, jika alkali yang digunakan adalah potassium hidroksida (KOH). Contoh ‘sabun keras’ adalah sabun mandi batangan. Sedangkan ‘sabun lunak’ adalah sabun tangan cair, sabun mandi cair, atau shampoo. Kombinasi dari kadar NaOH & KOH yg digunakan akan menghasilkan sabun dengan tingkat kecairan yang bervariasi, misal sabun mandi bentuk gel.
Secara umum, sabun bersifat alkali. Dan sebagaimana sifat zat alkali yg bersifat iritan, sabun pun bisa mengiritasi kulit. Kulit kering dan panas adalah salah satu tanda iritasi akibat hilangnya kelembapan kulit. Sebab itu ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampo sering ditambahkan zat lain utk melembabkan dan sekaligus menurunkan tingkat alkalinitasnya.
Selain sabun yang kita bahas di atas, kita juga mengenal deterjen. Deterjen termasuk sabun sintetik. Jika sabun yang kita bahas sebelumnya terbuat dari lemak/minyak, maka deterjen terbuat dari senyawa-senyawa hidrokarbon rantai panjang yang merupakan senyawa-ssenyawa turunan (hasil pengolahan lanjut) dari minyak bumi, khususnya alkil sulfat/sulfonat.
Suatu deterjen, bisa terdiri dari satu campuran senyawa-senyawa Sodium Lauril Sulfat (SLS), Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) atau Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS). Senyawa-senyawa tersebut memiliki karakteristik sebagai surfactant (surface active agent) yang mirip dengan sabun dan merupakan komponen utama dari deterjen.
Secara fisik, deterjen bisa berupa serbuk atau cair. Contoh deterjen serbuk adalah deterjen untuk mencuci pakaian. Contoh deterjen cair adalah sabun cuci piring, walaupun tidak semua sabun cuci piring merupakan deterjen.
Dibandingkan sabun biasa, deterjen menghasilkan busa yang lebih melimpah. Selain itu, bahan aktif surfactant bersifat lebih mudah mengikat kotoran/lemak daripada sabun biasa. Ampuh membersihkan kotoran membandel di peralatan makan/alat dapur. Sebab alasan-alasan inilah, ‘sabun cuci piring’ yang beredar di pasaran umumnya berjenis deterjen.
Krn sifatnya yang mudah mengikat kotoran/lemak, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS pun sering ditambahkan ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampoo untuk meningkatkan daya bersihnya. Tentu saja, kadar SLS/SLES/LAS dalam sabun-sabun ini jauh lebih rendah daripada yg terkandung dalam ‘sabun cuci piring’ alias deterjen.
Namun dibalik daya bersihnya yang hebat, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS berpotensi mengiritasi kulit. Telapak tangan terasa panas atau gatal seperti yang saya alami setelah berulang memakai ‘sabun cuci piring’ adalah indikasi bahwa ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan telah mengiritasi. Meskipun, mungkin perlu dicatat bahwa ketahanan tiap orang tidak sama. Bagi orang lain, mungkin saja ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan tidak berefek sama.
Jika Anda mengalami hal yang sama dengan saya, berikut beberapa cara menyiasatinya:
1) Mengganti ‘sabun cuci piring’ dengan sabun yg tingkat alkali-nya lebih rendah, bisa dengan menggunakan sabun rendah sodium, atau memakai sabun pembersih jenis lain yang lebih lembut/lebih tidak alkali, misal sabun tangan, sabun mandi atau shampoo, dengan catatan:

a) Karena daya bersih sabun tangan/sabun mandi/shampoo lebih rendah daripada ‘sabun cuci piring’, mungkin diperlukan penyabunan berulang yang berakibat boros pemakaian.

b) Hanya gunakan untuk mencuci piring dengan tangan. Jangan gunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo untuk pencucian dengan dishwasher.

c) Jika menggunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo sebagai pengganti ‘sabun cuci piring’, tambahkan baking soda (jika perlu) untuk membersihkan lemak membandel (catatan: ‘sabun cuci piring’ atau deterjen biasanya sudah diberi tambahan anti lemak).

d) Pilih sabun tangan/sabun mandi/shampo yangg tidak mengandung cream moisturizer, supaya bersihnya di piring/alat dapur terasa kesat. Sabun badan atau shampo ber-conditioner mengandung moisturizer, sehingga kurang kesat digunakan.

e) Pilih yg bukan wangi bunga atau parfum, tapi wangi jeruk/sitrus yang segar.

Namun jika iritasi tangan tetap berlangsung setelah mengganti dengan sabun yang lebih lembut, kemungkinan besar disebabkan karena kulit tidak tahan terhadap alergen-alergen yang umumnya terkandung pada sabun ‘cuci piring’/ sabun tangan/sabun badan/shampo, yaitu:
– SLS (sodium lauril sulfat)
– SLES (sodium laureth sulfat)
– LAS (linear alkil sulfonat)
– alkohol & isopropril alkohol (senyawa glikol)
– pewangi sabun
– parrabean.
Solusinya adalah dengan menghindarkan tangan berkontak langsung dengan sabun (jenis apapun) yg mengandung zat-zat tersebut, yaitu bisa dilakukan dengan cara:
2) Mengganti dengan sabun yang tidak mengandung zat-zat alergen tersebut. Pilih sabun dari jenis “natural/organik” (karena zat-zat alergen tersebut merupakan zat sintetik hasil pengolahan minyak bumi).
3) Menggunakan pelindung tangan (misal: gloves karet) setiap kali mencuci piring dengan sabun pembersih.
Demikian kurang lebihnya.. Saya sudah 3 hari ini mengganti sabun cuci piring dengan shampo yang saya tambah baking soda saat membersihkan lemak/minyak membandel. Alhamdulillah, tangan kembali haluuus :).
Apabila Anda ingin mengetahui lebih lengkap tentang bahan-bahan berbahaya dan bermanfaat di dapur Anda, bisa mendapatkan buku Smart Mom in The Kitchen di sini
sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/