Tag: tips

Tips Bersahabat dengan Anak

IMG_1985Dalam setiap tahap perkembangan, pola pengasuhan anak memiliki cara penerapan yang berbeda. Pola pengasuhan dengan cara bersahabat dengan anak merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan orangtua dalam pendidikan anak. Pola seperti ini memang lebih tepat diterapkan ketika anak sudah menginjak usia remaja. Terlebih dengan kondisi pergaulan saat ini, yang membuat psikis remaja lebih labil, sehingga selain membutuhkan teladan, anak juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner sehingga ia merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya. Berikut tips bagi Ayah-Bunda yang masih kesulitan untuk berteman dengan anak:

  • Menjadi pendengar yang baik
    Jangan interupsi ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu. Duduk dan dengarkan dengan tenang keseluruhan cerita meskipun kadang cara berpikir anak sering tidak masuk akal dan tidak sejalan dengan cara berpikir orang dewasa. Paling tidak, tunjukkan sikap menghargai. Berikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan tunjukkan bahwa kita bersedia mendengarkan. Setelah itu, barulah kita bahas dan sampaikan ide/ pendapat kita dan jadikan pembanding.
  • Memahami cara berpikir anak
    Anak-anak biasanya senang meniru, terlebih lagi bagi anak usia remaja. Remaja cenderung bersifat impulsif dan kerap meniru kelakuan orang yang menjadi idolanya. Orang tersebut bisa jadi adalah gurunya, teman, atau bahkan selebrititertentu. Kadang mereka hanya sebatas meniru tanpa memikirkan dampaknya. Cobalah pantau sejauh mana pengaruh idola itu pada diri mereka. Remaja yang punya kontrol diri baik dan tidak impulsif, akan lebih bijak dalam bersikap dan mengambil keputusan. Dengan komunikasi yang baik, orangtua juga bisa memahami cara berpikir anak.
  • Tidak bersikap otoriter
    Anak lebih menyenangi sosok sahabat yang senang mendukung dan mendengarkan. Bersikap menghakimi dan otoriter dalam menentukan harus begini atau begitu, hanya akan membuat anak-anak ragu mempercayakan permasalahannya kepada orangtua. Cobalah untuk tidak mengomentari dengan suara keras atau gayasoktahu. Remaja lebih sukacurhatpada teman karena merasa lebih nyaman.
  • Duduk dan berdiskusi dengan kepala dingin Jangan mengomel panjang lebar atau membentak mereka untuk suatu kekeliruan atau kesalahan. Cobalah selesaikan dengan hati dan kepala dingin. Menjadi sahabat bagi anak bukan berarti membuat mereka menjadi tidak hormat kepada kita sebagai orangtuanya, tapi lebih pada cara berkomunikasi. Anak akan lebih menghargai sikap orang tua apabila teguran disampaikan dengan cara yang lebih elegan. Dengan demikian orantua juga dapat melatih anak bagaimana seharusnya bersikap ketika mendiskusikan sebuah masalah.
  • Minta maaf apabila kita salah
    Setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Jangan malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Jangan ragu untuk belajar kepada anak jika memang mereka memiliki ilmu yang belum kita miliki. Orangtua, harus selalu siap dikoreksi.
  • Buat peraturan yang bijak
    Tentukan peraturan yang disepakati bersama berikut konsekuensinya jika peraturan itu dilanggar. Hal ini untuk mendidik mereka agar disiplin dan menghargai keputusan bersama. Sebagai contoh sederhana dengan menerapkan tugas harian yang dibebankan setiap hari, seperti; menyiram bunga, merapikan rak buku, atau memberi makan binatang peliharaan. Disarankan agar seluruh anggota keluarga di rumah terlibat, sehingga peraturan dan konsekuensinya berlaku adil.
  • Luangkan waktu bersama anak
    Sisihkan just-you-and-me in time secara reguler untukupdate kegiatan mereka selama ini, dengan siapa mereka sekarang berteman, apa yang menjadi kegiatan utama di sekolah atau sekedar bertukar cerita tentang keseharian kita. Ini kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati, hanya kita berdua. Perhatikanlah, meskipun kita selalu menghabiskan akhir minggu bersama keluarga, apakah Anda punya kesempatan duduk berdua saja dengan salah satu anak dan berbicara lebih intens? Mungkin tidak terpikirkan karena kita sibuk dengan urusan siang ini mau makan di mana, mau mampir ke mal mana, belanja apa, atau ke rumah nenek dan lain sebagainya.
  • Saya akan selalu mencintaimu
    Hal yang paling penting, yakinkan kepada mereka bahwa apapun yang terjadi, seburuk apapun mereka, kita akan selalu membuka tangan dan merangkulnya dengan hangat. Orangtua akan tetap sayang dan mengasihi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Jika ada masalah, pulang ke rumah dan kembali ke pelukan orang tua adalah sikap yang paling bijaksana.

Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak, membantumenyelesaikan masalah, mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya. Adakalanya teman yang dipilihanak bukan teman yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak, membuatkita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan karakter anak, kekurangan dan kelebihannyaserta kebiasaan baik dan buruk anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena biasanyaIa akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami.

Tips Menjadi Mompreneur

Istilah mompreneur pasti sudah tidak asing lagi bagi anda para pengusaha terkhususnya kaum Ibu. Mompreneur adalah istilah dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, Mom yang berarti Ibu, dan preneur yang diambil dari kata Entrepreneur berarti wirausaha. Jika diartikan mompreneur berarti ibu yang berwirausaha.
Efek yang ditimbulkan oleh istilah inipun juga cukup besar. Efek ini lebih terasa daripada jika kita menggunakan istilah ibu-ibu penjual gorengan, ibu-ibu penjaga warung, ibu-ibu pembatik, atau ibu-ibu tukang cuci/laundry . Karena istilah demikian telah melekat pada pemikiran setiap orang, bahwa memang sudah menjadi fitrahnya seorang ibu bisa membuat gorengan, membatik, dan mencuci. Tetapi berbeda jika mereka dilekatkan dengan istilah mompreneur. Ada yang memandang bahwa seorang mompreneur layaknya wonder women yang mempunyai kekuatan super, karna tentu harus membagi waktu antara mengurusi keluarga dan bisnisnya. Terbayang kan, saat seorang ibu melayani pembeli di warungnya, sang anak merengek minta disuapi makan. Atau seorang ibu tukang laundry yang pelanggannya minta cucian diselesaikan segera, padahal masih ada segunung pekerjaan rumah tangga lain yang juga menanti untuk ditangani.
Tidak sedikit juga mompreneur yang patah semangat karena kewalahan menangani masalah serupa dan usaha yang dibangun kurang sukses. Sebenarnya masalah-masalah tersebut adalah masalah klise yang memang akan dialami seluruh pengusaha (baik bagi seorang ibu maupun bukan). Solusi-solusinya pun bisa kita temukan di berbagai buku entrepreneur, majalah, media sosial, maupun tulisan di blog. Beberapa solusi dan tips yang dapat kita pelajari adalah:

  1. Memulai usaha sesuai dengan passion.
    Memulai bisnis yang sedang happening memang memiliki peluang yang lebih besar untuk maju. Tetapi sekedar itu saja tidak cukup. Mengerjakan sesuatu yang Anda cintai tentunya akan membuat Anda bersemangat dan bergairah untuk memunculkan ide-ide kreatif usaha.
  1. Lakukan komunikasi yang baik dengan keluarga
    Hal ini penting, mengingat sang ibu harus membagi waktunya untuk mengurusi usaha. Namun keluarga tetap harus menjadi prioritas utama. Berikan pengertian kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah dipahami bahwa ibu memerlukan waktu untuk mengerjakan hal lain. Jangan lupakan juga berbicara dengan pasangan, dan anggota keluarga lain yang mungkin tinggal di rumah, bahwa Anda memerlukan kesediaan anggota keluarga untuk bekerjasama agar bisnis/usaha dapat berjalan.
  1. Manajemen waktu dan skala prioritas.
    Bekerja memang penting, apalagi jika pilihan menjalankan usaha menjadi penopang perekonomian keluarga yang sangat membantu. Tetapi Anda tetap harus memastikan bahwa keluarga dan rumah telah selesai diurus sebelum Anda melayani pelanggan. Agar tidak berantakan, Anda harus memiliki manajemen waktu yang dibarengi prioritas. Walaupun bekerja di rumah, sebaiknya Anda mengatur jadwal tetap. Seperti jam berapa Anda akan memulai jam kerja sebagai mom dan jam berapa Anda menjadi seorang entrepreneur. Jika perlu catat di buku agenda harian, hal apa yang perlu Anda kerjakan menggunakan skala prioritas penting, sedang, dan tidak/kurang penting. But family always come first.
  1. Belajar dari kegagalan
    Setiap manusia yang berusaha pasti mengalami kegagalan. Jadikan kegagalan pelajaran, bukan sebagai alasan untuk berhenti menekuni usaha yang Anda lakukan. Tidak ada salahnya juga Anda catat kesalahan yang Anda lakukan (misal: kesalahan cara menjalankan SOP) beserta solusi apa yang harus Anda lakukan di masa mendatang.

Demikian sedikit tips yang bisa kami himpun. Selain tips-tips di atas Anda bisa belajar dari banyak mompreneur lainnya melalui forum-forum maupun seminar-seminar. Salah satunya Anda bisa mengikuti pelatihan online yang dikelola oleh ibu Saleha Juliandiyang telah menekuni dan terbilang sukses sebagai penulis dan mompreneur.

PMO ke-13
Program Pelatihan Menulis Online

Info mengenai PMO ini bisa Anda dapatkan melalui artikel “Be A Successful Writer”maupun pada “Be A Successfull Mompreneur”. PMO ke-13 akan dimulai pada bulan September 2016. Pendaftaran bisa dilakukan mulai sekarang dengan mengontak viaSMS/Whatsapp di 085-771-860-444 (Pena Nusantara), atau dapat juga via e-mail ke alamatpena.nusantara@yahoo.com.

Kenapa Buku yang Anda Tulis Tidak Laku?

mini gathering quanta-elexmedia
Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan undangan dari Quanta-Elexmedia Komputindo dalam acara mini gathering. Acara yang selalu saya tunggu-tunggu, karena bisa berkumpul bareng dengan para penulis dan editor. Berkumpul bersama mereka bagai menelan bubuk mesiu yang bisa meledakkan semangat. Hehe.. 🙂
Selain mendapatkan ledakan semangat, di acara super keren itu, kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu. Khusus di mini gathering kali itu, kami mendapatkan ilmu menjual buku. Asyik, kan… :).
Nah, agar ilmu yang saya peroleh di acara tersebut lebih bermanfaat, saya akan membagikannya kepada teman-teman semua. Saya juga akan menyisipkan beberapa pengalaman berbisnis buku yang telah kami geluti selama 3 tahun ini.
Buku merupakan produk dari seorang penulis. Agar opini yang penulis tuangkan ke dalam tulisan bisa sampai kepada masyarakat, maka buku harus dibaca oleh masyarakat. Semakin banyak buku tersebut dibaca oleh masyarakat, maka semakin tersebar pula opini si penulis kepada masyarakat. Sehingga, semakin besar kemungkinan si penulis mempengaruhi masyarakat. Agar hal tersebut dapat tercapai, maka penulis harus bisa menjual bukunya sebanyak mungkin. Kecuali jika si penulis akan membagikan buku-bukunya secara gratis kepada seluruh masyarakat 🙂
Dalam menjual buku, ada beberapa “pintu” yang paling umum dilakukan oleh penulis, yaitu melalui toko buku, toko online, dan melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar.
Khusus penjualan buku melalui toko buku, dibahas mendetail di acara mini gathering tersebut oleh Pak Yoyok dari Gramedia Matraman. Jika Anda menerbitkan buku secara mayor, berikut perlakuan buku Anda di toko buku:
Tahap pertama adalah penerimaan. Pada tahap ini, buku Anda yang beroplah sekitar 2.000 eksemplar diterima oleh toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap toko mendapatkan sekitar 10 – 30 eksemplar, tergantung PO (permintaan) toko.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Yoyok juga mengatakan bahwa toko menerima setidaknya 2.500 – 2.600 JUDUL BARU setiap bulannya! Wow…jumlah yang fantastis. Dan dari hasil pengamatan terhadap arus buku yang masuk, jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah.
Di satu sisi saya bangga dengan meningkatnya jumlah buku yang dihasilkan oleh para penulis. Meningkatnya jumlah buku yang diproduksi, menunjukkan semakin meningkatnya permintaan buku oleh masyarakat. Sehingga, bisa diasumsikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan. Namun di sini lain, dengan semakin banyaknya jumlah buku dan penulis, menjadi tantangan besar bagi setiap penulis agar tetap eksis dan bisa bersaing di pasar yang sangat ketat. Tips untuk para penulis dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, akan saya jelaskan lebih detil di bawah.
Tahap kedua adalah memajang (men-display) buku Anda di rak-rak toko. Khusus buku baru, akan diletakkan di floor, yaitu meja yang di lantai. Biasanya meja ini berada di dekat pintu masuk sehingga dapat dilihat oleh pengunjung. Setelah dipajang di floor, buku akan dipindahkan ke rak-rak berdasarkan kategori atau rak biasa. Namun harus diingat juga, bahwa tidak semua buku akan dipajang di floor. Hanya buku yang dinilai potensial saja, yang akan dipajang di floor. Buku yang dinilai kurang potensial akan langsung diletakkan di rak biasa berdasarkan kategori genre buku.
Mengenai display (rak) toko ini, ada sedikit rahasia yang akan saya bagikan di bawah. So, terus baca hingga tuntas tulisan ini.
Tahap ketiga adalah Retur, yaitu apabila penjualan buku Anda di toko menunjukkan pergerakan yang lambat (slow moving), yaitu penjualan biasa-biasa saja, stagnan atau bahkan buruk, maka dalam waktu sekitar 2-6 bulan, buku Anda akan diretur (dikembalikan) ke penerbit. Ingat kan, pada paragraf sebelumnya sudah saya sebutkan bahwa ada 2.500-2.600 JUDUL BARU masuk ke toko setiap bulannya. Sementara, jumlah rak buku tetap, tidak bertambah. Sehingga, jika buku Anda kurang prospektif, maka akan segera digusur dari rak.
Sadis, ya. Lama nulisnya, puyeng nulisnya, lama nemuin penerbit mayornya, dan lama nunggu terbitnya, akhirnya diretur hehe… Yah itulah bisnis. Pada akhirnya, mau gak mau keuntungan materilah yang menjadi pertimbangan. Apabila buku Anda tidak dapat lagi memberikan keuntungan yang baik untuk toko, maka toko terpaksa harus meretur buku Anda ke penerbit. Wajar dong ya, karena semua pebisnis termasuk toko harus terus melangsungkan hidup dan terus menggaji para karyawan mereka.
Jadi jangan heran jika royalti yang Anda terima sedikit, meskipun buku Anda sudah “habis” di toko. Hal tersebut bukan karena buku Anda habis laku terjual, tapi habis diretur.
Tahap lainnya adalah Repeat, yaitu apabila stok buku di toko habis, sementara track record penjualan buku Anda dinilai masih bagus, maka toko akan melakukan Repeat Order (RO) kepada penerbit.
Namun, biasanya tidak semua penerbit memenuhi RO dari toko. Sebagian penerbit akan memenuhi RO, tapi sebagian penerbit memutuskan tidak memenuhi RO karena berbagai pertimbangan. Sebagai contoh adalah buku Pendidikan Anak Ala Jepang yang kami terbitkan. Banyak toko yang mengajukan RO kepada kami karena stok buku di toko sudah habis sementara track record penjualan buku tersebut masih sangat bagus. Kami memang memutuskan untuk tidak memenuhi RO toko karena pertimbangan keuntungan yang (jujur) jauh lebih kecil ketimbang penjualan yang kami himpun melalui penjualan online dan melalui Agen (Dropship). Melalui survei yang kami lakukan kepada konsumen, umumnya mereka juga lebih senang jika bukunya diantar ke rumah langsung ketimbang mereka harus pergi ke toko.
Sehingga, jika Anda mencari buku Pendidikan Anak Ala Jepang di toko buku, mungkin sudah mulai sulit menemukannya. Bukan karena habis diretur, tapi habis terjual. Sementara, RO toko belum ingin kami penuhi.
Jadi buat Anda penulis buku, tidak perlu risau juga jika buku Anda tidak ditemukan lagi di toko. Bukan berarti buku Anda habis diretur, tapi bisa jadi memang buku Anda habis terjual sementara RO toko tidak dipenuhi oleh penerbit. Asalkan royalti Anda lancar dan besar, dari ‘pintu’ penjualan manapun, sama saja bukan? Opini Anda tetap tersebar luas dibaca oleh masyarakat dan kantong Anda pun tebal :). Jika Anda mengalami hal serupa, tanyakan perihal tersebut kepada penerbit untuk meminta penjelasan mengenai status buku Anda.
Sampai sini kira-kira sudah dapat gambaran kan, bagaimana perlakuan buku Anda selama di toko buku.
Nah, sekarang giliran saya bertanya kepada Anda. Jangan meneruskan membaca sebelum menjawab pertanyaan saya, ya 🙂
Berikut pertanyaannya:
“Apakah buku yang LEBIH LARIS pasti LEBIH BAGUS dibandingkan buku yang KURANG LARIS?”
Setelah Anda menjawab, silakan lihat gambar di bawah ini:
Slide Presentasi
Yap, buku yang lebih laris BELUM TENTU lebih bagus ketimbang buku yang kurang laris.
Kenapa?
Berikut penjelasan yang saya dapatkan dari mini gathering dan pengalaman kami selama ini.
Penulis adalah KUNCI dari penjualan buku. Penulis tidak hanya harus bisa menulis. Tapi juga harus bisa MENJUAL bukunya.
Menjual yang dimaksud di sini bukan berarti melulu dengan berkoar-koar menyebutkan buku yang Anda tulis serta harganya. Tapi termasuk usaha Anda dalam membranding diri. Semakin brand diri Anda dikenal masyarakat, semakin besar masyarakat mengenal produk Anda dan tertarik membeli buku Anda.
Selain itu adalah istiqomah, yaitu terus menulis tanpa lelah. Jangan baru satu buku, gak laku, lalu malu :). Teruslah menulis, karena Anda akan dikenal sebagai penulis jika Anda terus menulis.
Langkah lain adalah bentuklah ikatan emosional dengan (calon) pembaca buku Anda. Sehingga, mereka “menyukai” dan “membutuhkan” Anda. Ikatan emosional ini bisa Anda rintis dengan berbagai cara, antara lain bisa melalui komunitas yang Anda bangun atau melalui informasi-informasi bermanfaat yang Anda bagikan kepada mereka. Pilihlah informasi-informasi yang berkaitan dengan segmen buku Anda.
Tips lain adalah sering-seringlah mengadakan kegiatan yang melibatkan brand atau buku Anda, seperti seminar, bedah buku, atau aktivitas lainnya. Anda bisa mengadakan kegiatan tersebut secara mandiri atau bisa juga melibatkan penerbit atau lembaga lain.
Selain keempat tips di atas, tentu tulislah buku yang menarik, unik, dan sajikan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya di buku lain. Tidak hanya para scientist dan pengusaha aja loh yang dituntut harus inovatif. Tapi semua orang yang “menjual”, termasuk penulis juga harus bisa inovatif! 🙂
Nah, tentang rahasia display (rak) toko yang di atas saya janjikan akan saya ulas, akan saya ulas pada beberapa paragraf di bawah ini.
Letak rak memang cukup mempengaruhi penjualan buku Anda. Letak yang strategis, tentu akan memancing penjualan yang lebih besar terhadap buku Anda. Berbeda dengan buku-buku yang terletak di rak biasa. Apalagi kalau rak itu berada di pojokan, pula. Kalau pengunjung toko bukan orang yang suka blusukan, dijamin buku Anda tidak akan tersentuh pembeli.
Nah, jika Anda memiliki dana yang cukup, Anda bisa menyewa rak di bagian depan untuk buku Anda sehingga buku Anda dapat dengan mudah dilihat dan ditemukan oleh pengunjung toko. Bahkan, Anda bisa menyewa neon box khusus untuk display buku Anda. Biaya sewa rak “spesial” tersebut berbeda-beda setiap toko, sekitar 1-2 juta per 2 minggu. Semakin potensial toko, biasanya semakin mahal biaya sewa raknya.
Bukan hanya sewa rak “spesial” yang bisa Anda manfaatkan dari toko untuk buku Anda. Anda juga dapat menghubungi pihak toko untuk menyelenggarakan bedah buku, seminar, atau kegiatan apapun untuk buku Anda. Tapi, tentu juga diperlukan syarat khusus dan biaya. Biasanya, untuk bedah buku/seminar, hanya penulis-penulis yang dijamin bisa menghadirkan peserta dalam acara tersebut, yang akan di-ACC permohonannya. Lucu dong ya, kalau pihak toko sudah menyiapkan acara tapi ternyata peserta seminar/bedah buku yang hadir segelintir atau bahkan tidak ada. Pasti tidak enak banget bagi penulisnya sendiri maupun tidak enak juga bagi pihak toko. Selain syarat tersebut, sejumlah biaya tertentu juga diperlukan. Karena toko biasanya harus menyiapkan kursi, sound system, spanduk, dan area khusus untuk acara yang biasanya menyebabkan penurunan penjualan buku lain yang terdisplay di sekitar area tersebut. Biaya pengadaan seminar/bedah buku ini, bisa Anda tanyakan langsung ke toko-toko terkait.
Demikianlah beberapa tips untuk penulis dalam menjual buku agar laris di pasar. Sekali lagi saya katakan bahwa PENULIS adalah KUNCI kesuksesan penjualan buku. Penerbit hanya bisa membantu memfasilitasi penulis. Jadi, jangan pernah memasrahkan penjualan buku Anda hanya kepada penerbit, apalagi menyalahkan penerbit jika buku Anda tidak laku. Setiap penerbit pasti ingin semua buku yang mereka terbitkan laku. Kalau buku Anda laku, penerbit juga akan semakin untung, kok. Mana ada pebisnis yang menolak keuntungan.
Semakin ketatnya persaingan di pasar, mulailah MENJUAL buku Anda semaksimal mungkin sekarang juga. Jangan hanya mengandalkan penjualan toko dimana rotasi buku Anda sangat dibatasi waktunya. Maksimalkan juga pemanfaatan media digital (online) untuk menjual buku Anda dengan tips-tips yang telah saya sampaikan di atas. Tips sukses lain dalam berjualan online bisa Anda baca di artikel yang pernah saya tulis di sini. Apabila Anda ingin mendapatkan pelatihan lebih mendalam dalam menulis hingga memasarkan buku Anda agar laris, bisa bergabung ke dalam Pelatihan Menulis.
Apabila Anda menilai artikel ini bermanfaat, bagikan dan teruskan. Semoga kebaikan terus menyebar bagai virus di negeri ini.

6 Kesalahan dalam Menulis Buku dan Solusinya

Untuk menulis buku, ternyata modal semangat saja tidaklah cukup. Harus tahu ilmunya, biar proses penggarapannya bisa terarah, nyaman, dan cepat.
Sekarang, apakah Anda ingin menulis buku dengan baik dan benar? Lalu coba cek apakah Anda pernah melakukan enam kesalahan ini? Jika iya, segera cari tahu solusinya di tulisan berikut ini:
Kesalahan pertama adalah tidak merancang naskah atau konsep buku tidak dipikirkan sejak awal. Jadi langsung menulis saja sampai sepuasnya. Hasilnya, bahasan tulisan akan melebar dan tidak tahu akan berakhir pada pembahasan apa. Solusinya, tentukanlah outline terlebih dahulu. Buatlah kerangka tulisan, seperti daftar isi yang disertai pokok bahasan singkat setiap babnya.
Dari outline itu akan terlihat jelas batasan atau ruang lingkup pembahasan. Di sinilah Anda harus bisa lebih kreatif saat menyusun konsep bukunya. Bukan asal-asalan saja, asal nulis dan asal jadi. Pada tahapan ini juga, setidaknya kita sudah membaca beberapa buku setema sehingga bisa dijadikan rujukan sekaligus pembanding. Jangan sampai Anda mengulang-ulang bab/sub-bab (bahasan) yang sudah banyak dibahas di buku lain.
Jangan pernah beranggapan bahwa membuat outline hanya akan menghabiskan waktu Anda. Karena Anda akan memerlukannya kemudian untuk mempermudah pekerjaan Anda. Terlebih lagi, biasanya outline menjadi hal pertama yang akan dibaca oleh editor. Buatlah outline semenarik mungkin sehingga editor tertarik membaca naskah Anda. Apabila outline Anda tidak menarik, jangan berharap editor akan membaca naskah beratus-ratus lembar yang telah Anda kirimkan.
Kesalahan kedua, tidak fokus pada sasaran pembaca tertentu. Jadi saat merancang buku tidak ditentukan berbagai hal tentang pembaca sasarannya. Artinya buku tersebut seolah-olah bisa dibaca oleh semua usia. Padahal cara seperti itu akan berpengaruh pada minat baca dan gaya bahasa. Tentunya buku remaja dan buku dewasa akan berbeda gaya bahasa dan bobot materinya. Jika kita mencampur-aduk semuanya, maka yang terjadi justru buku tersebut akan menjadi tidak tepat sasaran dan terkesan “bimbang”.
Solusinya, tentukan terlebih dahulu apakah buku tersebut termasuk buku untuk anak-anak, untuk remaja, atau untuk dewasa. Klasifikasi usia pembaca tersebut akan lebih memudahkan kita untuk memilih diksi dan gaya bahasa. Terutama bobot materinya juga disesuaikan dengan sasaran pembaca. Selain itu juga memudahkan kita untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit yang sesuai dengan naskah tersebut.
Kesalahan ketiga, Anda tidak menguasai bidang keilmuan/materi yang ditulis. Hanya berbekal akses internet saja. Alhasil, yang terjadi justru hanya copy paste. Sama sekali tidak menulis, justru menyusun tulisan orang lain. Memang tidak masalah jika mau jujur dengan mencantumkan sumber atau referensinya (footnote). Hanya saja, buku yang dihasilkan hanya terkesan seperti kliping! Efeknya akan buruk sendiri untuk nama baik Anda. Biasanya pihak editor dari penerbit akan langsung menegur jika ada naskah yang hanya disusun dari tulisan di internet. Sebab hal itu bisa menyalahi hak cipta tulisan orang lain. Selain itu juga tidak melatih kita untuk benar-benar menulis dengan benar. Sekali lagi ingat, bahwa copy paste itu bukanlah bagian dari teknik menulis.
Solusinya, mulailah menulis dari bidang keilmuan yang benar-benar dikuasai. Sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di sekolah/kampus atau sesuai pengalaman Anda. Seperti buku Pendidikan Anak Ala Jepang dan Best of Kyoto, saya tulis bukan karena saya memiliki background ilmu kesastraan Jepang. Melainkan karena saya memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan traveling selama menetap di Jepang. Jika Anda menguasai terhadap apa yang Anda tulis, tentu Anda akan lancar menuliskannya, dan pembaca pun akan semakin percaya kalau Anda memang kompeten di bidang tersebut. Begitu juga penerbit akan yakin menerbitkan buku tersebut sebab ditulis oleh orang yang benar-benar paham ilmu tersebut.
Kesalahan keempat, tidak punya jadwal menulis. Lalu apa artinya jika sudah merancang outline, sudah tahu sasaran pembaca, sudah menguasai keilmuannya, tapi tidak konsisten dalam menulis? Ya pasti naskah buku tidak akan selesai dan bahkan Anda lupakan. Sayang sekali. Seakan-akan menggarap naskah buku adalah pekerjaan sampingan yang kapan saja bisa disentuh dan kapan saja bisa dilupakan. Kalau memang begitu, maka urungkan saja cita-cita menulis buku itu.
Solusinya, buatlah tabel waktu penggarapan yang jelas. Tentukan batas waktunya (jadwal). Tuliskan juga di tabel itu tanggal berapa setiap bab harus diselesaika. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk menggarap per babnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Lalu jangan lupa berikan hadiah tersendiri jika kita bisa menepati jadwal itu. Misalnya akan membeli bakso 3 mangkuk jika Anda bisa merampungkan 1 bab :D. Hadiah itu untuk memotivasi kita dan mengobati rasa lelah.
Kesalahan Kelima, menulis sekaligus mengedit. Ini kesalahan paling sering dilakukan oleh siapa pun yang baru pertama belajar menulis naskah. Yakni dalam satu waktu sedang menulis lalu melihat tulisan di atasnya dan mengeditnya. Sehingga tulisan selesainya lama sekali. Ada rasa cemas jika tidak melihat tulisan yang sudah dibuat. Padahal cara menulis seperti itu akan membuat Anda mudah lelah dan capek sendiri. Bahkan menulis 2 halaman saja memakan waktu sampai berjam-jam.
Solusinya, menulislah dengan cepat dan jangan pedulikan dulu kesalahan ketik atau ejaan. Biarkan proses menulis berjalan dengan alami. Nanti setelah tulisan selesai, baru Anda edit. Jadi antara aktivitas menulis dan edit itu adalah dua aktivitas yang berbeda. Misalkan hari ini menulis, lalu besok mengeditnya. Dengan begitu, kita tidak akan kehabisan banyak energi dan waktu. Lagipula, jangan terlalu merisaukan masalah editing ini. Selama tulisan Anda mudah dipahami, tidak alay, dan tidak terlalu banyak salah ketik, no problem. Editor bisa menerima dan mereka akan mengeditnya sebelum naskah Anda diterbitkan.
Kesalahan Keenam, menginginkan buku Anda banyak yang membaca, namun Anda malu atau bahkan tidak mengerti cara berjualan. Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda banyak dibaca orang (read: laku). Jangan mengandalkan penerbit untuk mempromosikan buku Anda. Tugas utama promosi adalah Anda sendiri selaku penulisnya. Buku Pendidikan Anak Ala Jepang merupakan produk yang bisa saya contohkan. Buku ini bahkan bisa terjual setidaknya 1000 kopi dalam sebulan melalui penjualan non-toko (penjualan di toko malah kalah dengan penjualan non-toko. Melalui fakta ini, saya sekaligus ingin menyadarkan kepada siapa saja yang masih meremehkan penerbitan indie dimana buku hanya dijual online/via sms).
Sekali lagi saya sampaikan, bahwa “Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda laku. Karena penjualan buku Anda sangat tergantung dari proses promosi penulisnya”. Tapi tentu juga ditambah konten yang menarik ya… Meskipun promosi gencar, tapi kalau konten hancur, ya sama saja 😀
Nah, proses marketing buku tidak harus Anda lakukan setelah buku terbit. Anda dapat melakukan marketing bahkan sebelum buku terbit dan justru teknik inilah yang terbaik dalam promosi Anda. Siapkan pasar Anda sebelum buku Anda terbit. Baca selengkapnya tips marketing online buku Anda di artikel Strategi Pemasaran Online untuk Produk Anda
Apakah sekarang Anda sudah tahu letak kesalahan dalam menulis naskah buku dan tahu solusinya? Maka segera perbaiki cara Anda dalam menggarap naskah buku. Selamat berkarya!

Bagaimana Sih Menulis Ala 'Chicken Soup'?

Sebenarnya, istilah chicken soup berasal dari judul buku yang dulu pernah meledak sekitar tahun 90-an. Buku tersebut mempunyai beberapa seri, salah satunya adalah Chicken Soup for The Couple’s Soul. Buku itu mengangkat kisah cinta dari pasangan-pasangan yang saling mencintai (antara laki-laki dan perempuan). Buku tersebut sangat inspiratif, sehingga mampu membuat para pembacanya berlinang air mata dan mengingat setiap kisah yang disuguhkannya.
Berikut saya share tips singkat menulis ala chicken soup:
1. Ambillah hanya 1 kejadian kecil yang SPESIFIK di antara perjalanan panjang pernihakan atau jalinan yang pernah ada. Contoh: kejadian saat suami mengirim surat cinta, saat istri setia membuatkan surprise party, dll.
2. Hindarilah pengisahan cinta yang terlalu UNIVERSAL. Contoh: “Ayah dan ibu sangat saling mencintai. Mereka saling pengertian dan mendukung satu sama lain. Mereka saling mengisi dan berbagi dalam hidupnya”. Dalam contoh tersebut, tidak dikisahkan ”seperti apa sih?” dan ”bagaimana sih?” cara mereka mengungkapkan cinta, pengertian, serta dukungannya tersebut.
3. Hindarilah pengisahan cinta dari A hingga Z, misalkan dari pertemuan hingga perpisahan.
4. Gunakan kalimat yang mudah dimengerti, BUKAN menggunakan kalimat-kalimat puitis sehingga memerlukan ketrampilan khusus untuk memahaminya, sehingga semua kalangan bisa memahami naskah dengan mudah. Ingat, bahwa buku ini diperuntukkan untuk semua kalangan, bukan untuk para pujangga maupun puitisi.
5. Gunakan alur cerita yang tidak bertele-tele, namun mampu membuat para pembaca tersentuh hatinya.
6. Pilihlah cerita yang mampu menyampaikan HIKMAH dari kejadian itu, sehingga para pembaca dapat terINSPIRASI karena belajar dari kisah tersebut.
7. Sisipkan beberapa dialog pada naskah. Naskah dengan sisipan dialog akan lebih terasa “hidup”, sehingga pembaca tidak bosan dan mengantuk saat membacanya:)
Demikian tips singkat dari kami, semoga bermanfaat.