Tag: pendidikan anak ala jepang

Status Facebook 16 September 2017

Tulisan ini pernah dipublish di FB Saleha Juliandi:https:http://bit.ly/2yFFmy6
Koleksi lain pertunjukan anak-anak SD Jepang. Kok jadi berasa ketemu langsung dengan Mas Tom ya?

—-
Berikut beberapa poin penting yang saya suka dan disukai oleh seluruh peserta tur edukasi Jepang terhadap pertunjukan anak-anak di Jepang:
– Sederhana: TANPA make up, namun TOTAL dalam menyuguhkan kualitas pertunjukan (mereka hanya mengenakan seragam sekolah yang biasa dipakai sehari-hari). Kalaupun ada kostum yang dikenakan, mereka membuat sendiri kostumnya.
– SEMUA anak mendapatkan peran. Bukan hanya anak yang berprestasi saja yang boleh manggung. Anak dengan prestasi akademik terburuk pun tetap ikut manggung. Sehingga tidak ada anak yang merasa paling hebat, tidak ada juga anak yang merasa tersisihkan. Bahkan, ABK (anak berkebutuhan khusus) termasuk anak autis juga mendapat peran di panggunv.
– Anak2 lain yang menonton sangat tenang menyaksikan pertunjukan (tidak berisik sendiri). Ini menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati sebuah karya dan jerih payah orang yang telah berlatih keras.
– lagu2 yang dibawakan dalam pentas seni umumnya mengandung pembelajaran dan menyampaikan pesan-pesan moral. Pada video sebelumnya mereka memainkan musik dan bernyanyi bersama tentang semangat bekerja. “Hatarake… Hatarake… (Bekerjalah… Bekerjalah…)”??. Intinya anak-anak di Jepang tidak diajarkan menyanyi lagu cinta-cintaan?.
-Murid-murid memiliki andil sangat besar dalam pertunjukan. Mereka saling bahu-membahu mempersiapkan hal-hal yang menunjang keberhasilan pertunjukan. Guru kesenian hanya sekali-kali memberikan bantuan. Selama pertunjukan berlangsung, saya speechless. Dalam hati, saya bolak-balik bilang, “gilak ! Ini sih keren abis”?. Para murid mengganti setting-an panggung pertunjukan sesuai tema dengan gerakan yang sangat cepat tapi gak berantakan (status dari peserta tur, MbaAida Ulya Yuzaima?)
-Mereka lebih mengutamakan kualitas pertunjukan dibandingkan “penampakan”. Panggung pertunjukan diisi oleh barisan anak-anak dengan kostum seragam sekolah. No need riasan atau kostum menawan. Dengan kesederhanaannya, mereka tetap dapat menyajikan pertunjukan yang sangat memukau?(status dari peserta tur, Mba Aida).
-Para penonton terlihat sangat tertib dan tenang selama pertunjukan berlangsung. Kalau ada siswa yang datang terlambat, mereka akan bergabung dengan berjalan merunduk sehingga tidak menghalangi pandangan penonton lain. Orang Jepang sangat terkenal menghargai dan menjaga kenyamanan orang lain (status dari peserta tur, Mba Aida?).
-Kepala sekolah beserta guru-guru lainnya tidak diberikan tempat khusus, di area paling depan pertunjukan. Lagi-lagi ini membuat kami semakin respek. Mereka semua berdiri di belakang area pertunjukan, tidak jauh dari tempat kami berkumpul. Bahkan ketika harus memberikan sambutan, Kepala Sekolah sedikit berlari kecil untuk bisa sampai podium sehingga menghemat waktu dan anak-anak tidak menunggu lama??(status dari peserta tur, Mba Aida).
-Oleh karena ini farewell-nya anak kelas 6, maka isi dari pertunjukan sarat dengan pesan-pesan positif untuk adik-adik kelas. Sebagai kakak, mereka mengingatkan agar adik-adiknya terus semangat dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-citanya. How sweet?(status dari peserta tur, Mba Aida).

Tips Bersahabat dengan Anak

IMG_1985Dalam setiap tahap perkembangan, pola pengasuhan anak memiliki cara penerapan yang berbeda. Pola pengasuhan dengan cara bersahabat dengan anak merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan orangtua dalam pendidikan anak. Pola seperti ini memang lebih tepat diterapkan ketika anak sudah menginjak usia remaja. Terlebih dengan kondisi pergaulan saat ini, yang membuat psikis remaja lebih labil, sehingga selain membutuhkan teladan, anak juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner sehingga ia merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya. Berikut tips bagi Ayah-Bunda yang masih kesulitan untuk berteman dengan anak:

  • Menjadi pendengar yang baik
    Jangan interupsi ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu. Duduk dan dengarkan dengan tenang keseluruhan cerita meskipun kadang cara berpikir anak sering tidak masuk akal dan tidak sejalan dengan cara berpikir orang dewasa. Paling tidak, tunjukkan sikap menghargai. Berikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan tunjukkan bahwa kita bersedia mendengarkan. Setelah itu, barulah kita bahas dan sampaikan ide/ pendapat kita dan jadikan pembanding.
  • Memahami cara berpikir anak
    Anak-anak biasanya senang meniru, terlebih lagi bagi anak usia remaja. Remaja cenderung bersifat impulsif dan kerap meniru kelakuan orang yang menjadi idolanya. Orang tersebut bisa jadi adalah gurunya, teman, atau bahkan selebrititertentu. Kadang mereka hanya sebatas meniru tanpa memikirkan dampaknya. Cobalah pantau sejauh mana pengaruh idola itu pada diri mereka. Remaja yang punya kontrol diri baik dan tidak impulsif, akan lebih bijak dalam bersikap dan mengambil keputusan. Dengan komunikasi yang baik, orangtua juga bisa memahami cara berpikir anak.
  • Tidak bersikap otoriter
    Anak lebih menyenangi sosok sahabat yang senang mendukung dan mendengarkan. Bersikap menghakimi dan otoriter dalam menentukan harus begini atau begitu, hanya akan membuat anak-anak ragu mempercayakan permasalahannya kepada orangtua. Cobalah untuk tidak mengomentari dengan suara keras atau gayasoktahu. Remaja lebih sukacurhatpada teman karena merasa lebih nyaman.
  • Duduk dan berdiskusi dengan kepala dingin Jangan mengomel panjang lebar atau membentak mereka untuk suatu kekeliruan atau kesalahan. Cobalah selesaikan dengan hati dan kepala dingin. Menjadi sahabat bagi anak bukan berarti membuat mereka menjadi tidak hormat kepada kita sebagai orangtuanya, tapi lebih pada cara berkomunikasi. Anak akan lebih menghargai sikap orang tua apabila teguran disampaikan dengan cara yang lebih elegan. Dengan demikian orantua juga dapat melatih anak bagaimana seharusnya bersikap ketika mendiskusikan sebuah masalah.
  • Minta maaf apabila kita salah
    Setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Jangan malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Jangan ragu untuk belajar kepada anak jika memang mereka memiliki ilmu yang belum kita miliki. Orangtua, harus selalu siap dikoreksi.
  • Buat peraturan yang bijak
    Tentukan peraturan yang disepakati bersama berikut konsekuensinya jika peraturan itu dilanggar. Hal ini untuk mendidik mereka agar disiplin dan menghargai keputusan bersama. Sebagai contoh sederhana dengan menerapkan tugas harian yang dibebankan setiap hari, seperti; menyiram bunga, merapikan rak buku, atau memberi makan binatang peliharaan. Disarankan agar seluruh anggota keluarga di rumah terlibat, sehingga peraturan dan konsekuensinya berlaku adil.
  • Luangkan waktu bersama anak
    Sisihkan just-you-and-me in time secara reguler untukupdate kegiatan mereka selama ini, dengan siapa mereka sekarang berteman, apa yang menjadi kegiatan utama di sekolah atau sekedar bertukar cerita tentang keseharian kita. Ini kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati, hanya kita berdua. Perhatikanlah, meskipun kita selalu menghabiskan akhir minggu bersama keluarga, apakah Anda punya kesempatan duduk berdua saja dengan salah satu anak dan berbicara lebih intens? Mungkin tidak terpikirkan karena kita sibuk dengan urusan siang ini mau makan di mana, mau mampir ke mal mana, belanja apa, atau ke rumah nenek dan lain sebagainya.
  • Saya akan selalu mencintaimu
    Hal yang paling penting, yakinkan kepada mereka bahwa apapun yang terjadi, seburuk apapun mereka, kita akan selalu membuka tangan dan merangkulnya dengan hangat. Orangtua akan tetap sayang dan mengasihi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Jika ada masalah, pulang ke rumah dan kembali ke pelukan orang tua adalah sikap yang paling bijaksana.

Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak, membantumenyelesaikan masalah, mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya. Adakalanya teman yang dipilihanak bukan teman yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak, membuatkita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan karakter anak, kekurangan dan kelebihannyaserta kebiasaan baik dan buruk anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena biasanyaIa akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami.

Tips Mudah Membuat Anak Tertarik Merapikan Mainannya

Toys Storage
Sumber gambar: www.discoveringlittlejms.com

=================================================================

Dunia anak adalah bermain. Si kecil bebas berekspresi, berkreativitas, dan bersenang-senang dengan mainannya di rumah. Bunda dan Ayah pun bisa mengawasi si kecil ketika mereka sedang asyik dengan mainannya di rumah. Namun, apakah setelah selesai bermain si kecil langsung membereskan mainannya yang berserakan?
Seringkali anak sulit diajak untuk membereskan mainannya. Akhirnya Bunda dan Ayah lah yang kerepotan membereskan mainan yang tumpah ruah. Dari mulai mainan yang bertekstur keras seperti mobil-mobilan, robot, hingga mainan yang terbuat dari kain seperti boneka.
Karena kesibukan di rumah, orangtua mungkin mencampuradukkan seluruh mainan tersebut dalam satu wadah. Hingga suatu saat si kecil merengek salah satu mainannya hilang karena tempat penyimpanannya yang tidak teratur.
Apakah Bunda dan Ayah mau si kecil terbiasa malas merapikan mainannya? Orangtua pasti tidak ingin kebiasaan kecil ini berdampak pada kemandiriannya ketika besar nanti.
Nah, tak perlu bingung menyikapi soal ini. Ada tips-tips sederhana dan murah yang bisa Bunda dan Ayah terapkan agar si kecil tertarik merapikan mainannya yang berserakan.
Pertama, sediakan minimal dua box yang sudah tidak terpakai. Mengapa dua box? Seperti yang kita ketahui, mainan anak ada yang berbahan kain dan bertekstur keras. Bunda dan Ayah bisa membedakan tempat penyimpanan kedua jenis mainan tersebut. Jika ingin membaginya  menjadi beberapa kategori, lebih baik lagi. Misal bisa ditambah beberapa box lagi untuk pernak-pernik kecil seperti perangkat Educolostick 3 Dimensi, lego, block, puzzle, cetakan clay, dll.
Educolostick 3 Dimensi
 
Agar lebih menarik, Bunda dan Ayah bisa menempeli box tersebut dengan stiker-stiker yang mudah ditemukan di pasaran. Ajak anak untuk memilih stiker yang mereka suka untuk ditempel di box tersebut. Anda juga bisa menggunakan stiker untuk membedakan kedua box tersebut. Penggunaan stiker sebagai pemberian tanda pada box sangat cocok untuk si kecil yang belum bisa membaca. Si kecil dapat menghafal box tempat mainan dengan hanya melihat stikernya. Jangan lupa beri arahan dan buat kesepakatan dengan si kecil mengenai tempat penyimpanan baru untuk mainannya. Cara ini juga diterapkan di sekolah-sekolah maupun rumah-rumah di Jepang seperti yang tertulis di buku Pendidikan Anak ala Jepang.

Pendidikan Anak Ala Jepang
Tak hanya stiker, Anda pun bisa menggunakan cat timbul warna warni untuk menghias dan memberi tanda pada box. Si kecil bisa turut serta membuat suatu gambar yang mereka suka dengan cat timbul tersebut. Bedakan warna antara box satu dengan yang lainnya agar mudah diingat.
Apabila Bunda dan Ayah tidak memiliki box yang tidak terpakai, jangan khawatir. Kardus bekaspun bisa jadi alternatif. Ukurannya bisa disesuaikan dengan jumlah mainan anak. Selain itu, dengan kardus bekas, Bunda, Ayah, dan si kecil bisa bebas berkreasi menggunakan origami untuk menghiasi kardus bekasnya. Jika si kecil hobi menggambar, kardus juga bisa dilukis menggunakan cat air. Biarkan si kecil membuat kardus tempat mainannya sesuai dengan keinginannya.
Satu hal penting lainnya adalah ajak si kecil merapikan mainannya bersama-sama Bunda dan Ayah. Anak-anak jauh lebih senang melakukan aktivitas secara bersama-sama dengan orang yang dicintai. Jika karakter cinta terhadap kerapihannya sudah terbentuk, maka mereka dapat melakukan dengan sendirinya.
Nah, Bunda, Ayah, tips sederhana ini mudah dipraktekkan, bukan? Selamat mencoba dan jangan menyerah melatih si kecil disiplin merapikan mainannya sendiri!

6 Kesalahan dalam Menulis Buku dan Solusinya

Untuk menulis buku, ternyata modal semangat saja tidaklah cukup. Harus tahu ilmunya, biar proses penggarapannya bisa terarah, nyaman, dan cepat.
Sekarang, apakah Anda ingin menulis buku dengan baik dan benar? Lalu coba cek apakah Anda pernah melakukan enam kesalahan ini? Jika iya, segera cari tahu solusinya di tulisan berikut ini:
Kesalahan pertama adalah tidak merancang naskah atau konsep buku tidak dipikirkan sejak awal. Jadi langsung menulis saja sampai sepuasnya. Hasilnya, bahasan tulisan akan melebar dan tidak tahu akan berakhir pada pembahasan apa. Solusinya, tentukanlah outline terlebih dahulu. Buatlah kerangka tulisan, seperti daftar isi yang disertai pokok bahasan singkat setiap babnya.
Dari outline itu akan terlihat jelas batasan atau ruang lingkup pembahasan. Di sinilah Anda harus bisa lebih kreatif saat menyusun konsep bukunya. Bukan asal-asalan saja, asal nulis dan asal jadi. Pada tahapan ini juga, setidaknya kita sudah membaca beberapa buku setema sehingga bisa dijadikan rujukan sekaligus pembanding. Jangan sampai Anda mengulang-ulang bab/sub-bab (bahasan) yang sudah banyak dibahas di buku lain.
Jangan pernah beranggapan bahwa membuat outline hanya akan menghabiskan waktu Anda. Karena Anda akan memerlukannya kemudian untuk mempermudah pekerjaan Anda. Terlebih lagi, biasanya outline menjadi hal pertama yang akan dibaca oleh editor. Buatlah outline semenarik mungkin sehingga editor tertarik membaca naskah Anda. Apabila outline Anda tidak menarik, jangan berharap editor akan membaca naskah beratus-ratus lembar yang telah Anda kirimkan.
Kesalahan kedua, tidak fokus pada sasaran pembaca tertentu. Jadi saat merancang buku tidak ditentukan berbagai hal tentang pembaca sasarannya. Artinya buku tersebut seolah-olah bisa dibaca oleh semua usia. Padahal cara seperti itu akan berpengaruh pada minat baca dan gaya bahasa. Tentunya buku remaja dan buku dewasa akan berbeda gaya bahasa dan bobot materinya. Jika kita mencampur-aduk semuanya, maka yang terjadi justru buku tersebut akan menjadi tidak tepat sasaran dan terkesan “bimbang”.
Solusinya, tentukan terlebih dahulu apakah buku tersebut termasuk buku untuk anak-anak, untuk remaja, atau untuk dewasa. Klasifikasi usia pembaca tersebut akan lebih memudahkan kita untuk memilih diksi dan gaya bahasa. Terutama bobot materinya juga disesuaikan dengan sasaran pembaca. Selain itu juga memudahkan kita untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit yang sesuai dengan naskah tersebut.
Kesalahan ketiga, Anda tidak menguasai bidang keilmuan/materi yang ditulis. Hanya berbekal akses internet saja. Alhasil, yang terjadi justru hanya copy paste. Sama sekali tidak menulis, justru menyusun tulisan orang lain. Memang tidak masalah jika mau jujur dengan mencantumkan sumber atau referensinya (footnote). Hanya saja, buku yang dihasilkan hanya terkesan seperti kliping! Efeknya akan buruk sendiri untuk nama baik Anda. Biasanya pihak editor dari penerbit akan langsung menegur jika ada naskah yang hanya disusun dari tulisan di internet. Sebab hal itu bisa menyalahi hak cipta tulisan orang lain. Selain itu juga tidak melatih kita untuk benar-benar menulis dengan benar. Sekali lagi ingat, bahwa copy paste itu bukanlah bagian dari teknik menulis.
Solusinya, mulailah menulis dari bidang keilmuan yang benar-benar dikuasai. Sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di sekolah/kampus atau sesuai pengalaman Anda. Seperti buku Pendidikan Anak Ala Jepang dan Best of Kyoto, saya tulis bukan karena saya memiliki background ilmu kesastraan Jepang. Melainkan karena saya memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan traveling selama menetap di Jepang. Jika Anda menguasai terhadap apa yang Anda tulis, tentu Anda akan lancar menuliskannya, dan pembaca pun akan semakin percaya kalau Anda memang kompeten di bidang tersebut. Begitu juga penerbit akan yakin menerbitkan buku tersebut sebab ditulis oleh orang yang benar-benar paham ilmu tersebut.
Kesalahan keempat, tidak punya jadwal menulis. Lalu apa artinya jika sudah merancang outline, sudah tahu sasaran pembaca, sudah menguasai keilmuannya, tapi tidak konsisten dalam menulis? Ya pasti naskah buku tidak akan selesai dan bahkan Anda lupakan. Sayang sekali. Seakan-akan menggarap naskah buku adalah pekerjaan sampingan yang kapan saja bisa disentuh dan kapan saja bisa dilupakan. Kalau memang begitu, maka urungkan saja cita-cita menulis buku itu.
Solusinya, buatlah tabel waktu penggarapan yang jelas. Tentukan batas waktunya (jadwal). Tuliskan juga di tabel itu tanggal berapa setiap bab harus diselesaika. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk menggarap per babnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Lalu jangan lupa berikan hadiah tersendiri jika kita bisa menepati jadwal itu. Misalnya akan membeli bakso 3 mangkuk jika Anda bisa merampungkan 1 bab :D. Hadiah itu untuk memotivasi kita dan mengobati rasa lelah.
Kesalahan Kelima, menulis sekaligus mengedit. Ini kesalahan paling sering dilakukan oleh siapa pun yang baru pertama belajar menulis naskah. Yakni dalam satu waktu sedang menulis lalu melihat tulisan di atasnya dan mengeditnya. Sehingga tulisan selesainya lama sekali. Ada rasa cemas jika tidak melihat tulisan yang sudah dibuat. Padahal cara menulis seperti itu akan membuat Anda mudah lelah dan capek sendiri. Bahkan menulis 2 halaman saja memakan waktu sampai berjam-jam.
Solusinya, menulislah dengan cepat dan jangan pedulikan dulu kesalahan ketik atau ejaan. Biarkan proses menulis berjalan dengan alami. Nanti setelah tulisan selesai, baru Anda edit. Jadi antara aktivitas menulis dan edit itu adalah dua aktivitas yang berbeda. Misalkan hari ini menulis, lalu besok mengeditnya. Dengan begitu, kita tidak akan kehabisan banyak energi dan waktu. Lagipula, jangan terlalu merisaukan masalah editing ini. Selama tulisan Anda mudah dipahami, tidak alay, dan tidak terlalu banyak salah ketik, no problem. Editor bisa menerima dan mereka akan mengeditnya sebelum naskah Anda diterbitkan.
Kesalahan Keenam, menginginkan buku Anda banyak yang membaca, namun Anda malu atau bahkan tidak mengerti cara berjualan. Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda banyak dibaca orang (read: laku). Jangan mengandalkan penerbit untuk mempromosikan buku Anda. Tugas utama promosi adalah Anda sendiri selaku penulisnya. Buku Pendidikan Anak Ala Jepang merupakan produk yang bisa saya contohkan. Buku ini bahkan bisa terjual setidaknya 1000 kopi dalam sebulan melalui penjualan non-toko (penjualan di toko malah kalah dengan penjualan non-toko. Melalui fakta ini, saya sekaligus ingin menyadarkan kepada siapa saja yang masih meremehkan penerbitan indie dimana buku hanya dijual online/via sms).
Sekali lagi saya sampaikan, bahwa “Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda laku. Karena penjualan buku Anda sangat tergantung dari proses promosi penulisnya”. Tapi tentu juga ditambah konten yang menarik ya… Meskipun promosi gencar, tapi kalau konten hancur, ya sama saja 😀
Nah, proses marketing buku tidak harus Anda lakukan setelah buku terbit. Anda dapat melakukan marketing bahkan sebelum buku terbit dan justru teknik inilah yang terbaik dalam promosi Anda. Siapkan pasar Anda sebelum buku Anda terbit. Baca selengkapnya tips marketing online buku Anda di artikel Strategi Pemasaran Online untuk Produk Anda
Apakah sekarang Anda sudah tahu letak kesalahan dalam menulis naskah buku dan tahu solusinya? Maka segera perbaiki cara Anda dalam menggarap naskah buku. Selamat berkarya!

Unforgetable Gift

Sedikit berbeda dengan kebanyakan masyarakat kita, orang Jepang biasa memberikan hadiah kenang-kenangan berupa sesuatu yang mereka buat sendiri. Seperti syal yang mereka buat sendiri, boneka yang mereka buat sendiri, hingga album foto yang sangat cantik buatan sendiri, yang berisi foto-foto kebersamaan mereka.
Selain kenang-kenangan buatan sendiri, mereka juga biasa memberikan kenang-kenangan berupa benih tanaman. Benih tersebut berasal dari hasil bercocok tanam yang mereka lakukan beberapa bulan/tahun sebelumnya. Orang yang akan pindah kemudian menanam benih tersebut di tempat barunya.
Di sekolah Jepang anak saya dulu, pada akhir tahun ajaran sekolah, murid-murid yang lulus menghadiahkan bibit tanaman kepada adik-adik kelas. Bibit-bibit tersebut dirawat oleh adik-adik kelas di sekolah saat jam istirahat. Begitu pun saat adik kelas tersebut nanti lulus sekolah. Mereka akan menghadiahkan bibit tanaman kepada adik-adik kelasnya. Sehingga, kenangan tak hanya sekedar menjadi kenangan. Namun menjadi kenangan yang juga memotivasi anak lain produktif dan kreatif.
Foto di bawah adalah foto tanaman 朝顔 Asagao. Dulu sahabat Jepang-nya Si Sulung memberikan benih tanaman tersebut kepadanya sebagai kenang-kenangan sebelum kami pulang ke Indonesia. Walaupun lebar daunnya tak bisa selebar saat ditanam di Jepang, tapi pagi ini kami dapati bunga pertama mekar dari tanaman tersebut di halaman rumah kami
Tanaman tersebut benar-benar menjadi unforgetable gift baginya. Dia menyiram dan merawatnya setiap hari. Sehingga, kenangan bersama sahabatnya itu pun hadir setiap hari.
Tanaman Asagao