Tag: mompreneur

Tips Menjadi Mompreneur

Istilah mompreneur pasti sudah tidak asing lagi bagi anda para pengusaha terkhususnya kaum Ibu. Mompreneur adalah istilah dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, Mom yang berarti Ibu, dan preneur yang diambil dari kata Entrepreneur berarti wirausaha. Jika diartikan mompreneur berarti ibu yang berwirausaha.
Efek yang ditimbulkan oleh istilah inipun juga cukup besar. Efek ini lebih terasa daripada jika kita menggunakan istilah ibu-ibu penjual gorengan, ibu-ibu penjaga warung, ibu-ibu pembatik, atau ibu-ibu tukang cuci/laundry . Karena istilah demikian telah melekat pada pemikiran setiap orang, bahwa memang sudah menjadi fitrahnya seorang ibu bisa membuat gorengan, membatik, dan mencuci. Tetapi berbeda jika mereka dilekatkan dengan istilah mompreneur. Ada yang memandang bahwa seorang mompreneur layaknya wonder women yang mempunyai kekuatan super, karna tentu harus membagi waktu antara mengurusi keluarga dan bisnisnya. Terbayang kan, saat seorang ibu melayani pembeli di warungnya, sang anak merengek minta disuapi makan. Atau seorang ibu tukang laundry yang pelanggannya minta cucian diselesaikan segera, padahal masih ada segunung pekerjaan rumah tangga lain yang juga menanti untuk ditangani.
Tidak sedikit juga mompreneur yang patah semangat karena kewalahan menangani masalah serupa dan usaha yang dibangun kurang sukses. Sebenarnya masalah-masalah tersebut adalah masalah klise yang memang akan dialami seluruh pengusaha (baik bagi seorang ibu maupun bukan). Solusi-solusinya pun bisa kita temukan di berbagai buku entrepreneur, majalah, media sosial, maupun tulisan di blog. Beberapa solusi dan tips yang dapat kita pelajari adalah:

  1. Memulai usaha sesuai dengan passion.
    Memulai bisnis yang sedang happening memang memiliki peluang yang lebih besar untuk maju. Tetapi sekedar itu saja tidak cukup. Mengerjakan sesuatu yang Anda cintai tentunya akan membuat Anda bersemangat dan bergairah untuk memunculkan ide-ide kreatif usaha.
  1. Lakukan komunikasi yang baik dengan keluarga
    Hal ini penting, mengingat sang ibu harus membagi waktunya untuk mengurusi usaha. Namun keluarga tetap harus menjadi prioritas utama. Berikan pengertian kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah dipahami bahwa ibu memerlukan waktu untuk mengerjakan hal lain. Jangan lupakan juga berbicara dengan pasangan, dan anggota keluarga lain yang mungkin tinggal di rumah, bahwa Anda memerlukan kesediaan anggota keluarga untuk bekerjasama agar bisnis/usaha dapat berjalan.
  1. Manajemen waktu dan skala prioritas.
    Bekerja memang penting, apalagi jika pilihan menjalankan usaha menjadi penopang perekonomian keluarga yang sangat membantu. Tetapi Anda tetap harus memastikan bahwa keluarga dan rumah telah selesai diurus sebelum Anda melayani pelanggan. Agar tidak berantakan, Anda harus memiliki manajemen waktu yang dibarengi prioritas. Walaupun bekerja di rumah, sebaiknya Anda mengatur jadwal tetap. Seperti jam berapa Anda akan memulai jam kerja sebagai mom dan jam berapa Anda menjadi seorang entrepreneur. Jika perlu catat di buku agenda harian, hal apa yang perlu Anda kerjakan menggunakan skala prioritas penting, sedang, dan tidak/kurang penting. But family always come first.
  1. Belajar dari kegagalan
    Setiap manusia yang berusaha pasti mengalami kegagalan. Jadikan kegagalan pelajaran, bukan sebagai alasan untuk berhenti menekuni usaha yang Anda lakukan. Tidak ada salahnya juga Anda catat kesalahan yang Anda lakukan (misal: kesalahan cara menjalankan SOP) beserta solusi apa yang harus Anda lakukan di masa mendatang.

Demikian sedikit tips yang bisa kami himpun. Selain tips-tips di atas Anda bisa belajar dari banyak mompreneur lainnya melalui forum-forum maupun seminar-seminar. Salah satunya Anda bisa mengikuti pelatihan online yang dikelola oleh ibu Saleha Juliandiyang telah menekuni dan terbilang sukses sebagai penulis dan mompreneur.

PMO ke-13
Program Pelatihan Menulis Online

Info mengenai PMO ini bisa Anda dapatkan melalui artikel “Be A Successful Writer”maupun pada “Be A Successfull Mompreneur”. PMO ke-13 akan dimulai pada bulan September 2016. Pendaftaran bisa dilakukan mulai sekarang dengan mengontak viaSMS/Whatsapp di 085-771-860-444 (Pena Nusantara), atau dapat juga via e-mail ke alamatpena.nusantara@yahoo.com.

Writers Block? Siapa Takut!

Pelatihan Online
Anda pasti sudah tak asing lagi dengan istilah writers block. Fenomena psikologis di mana seseorang merasa tidak mampu memulai atau meneruskan tulisannya secara sementara, itulah yang disebut writers block. Ketika Anda sudah di depan laptop atau komputer untuk menuangkan ide, tetapi jari Anda malah tersasar ke media sosial dan asyik chatting, tandanya Anda mengalami writers block.
Siapapun pernah mengalami writers block, tak terkecuali penulis besar sekalipun. Meskipun writers block diistilahkan sementara, tetapi bisa jadi maknanya berarti bulanan bahkan menjelma seperti penyakit menahun. Bukti nyatanya ialah Henry Roth, penulis novel Call It Sleep yang diterbitkan pada tahun 1943. Selang dalam waktu yang cukup lama tepatnya tahun 1979 novel keduanya yang berjudul Natures First Garden terbit. Roth membutuhkan 36 tahun! Mengapa bisa begitu? Tak lain karena Roth diserang writers block yang cukup parah. Namun, dalam kurun waktu 36 tahun tersebut, Roth berusaha bangkit dan menyingkirkan writers block akutnya itu.
Writers block ternyata bisa selama itu. Jangankan dalam waktu yang lama, terkadang writers block paling ringan saja sudah membuat kita putus asa bahkan berhenti menulis.
Lantas, bagaimana mengatasi fenomena menjengkelkan ini? Yuk, intip tips-tips yang mudah diterapkan berikut ini.

  1. Biasakanlah menulis hal yang Anda suka dengan cara Anda sendiri. Misalnya menulis peristiwa sehari-hari di blog atau buku harian Anda. Jangan jadikan proses menulis sebagai beban. Tulislah hal yang membuat Anda bahagia, atau membuat Anda merasa sembuh, ini akan membantu Anda melawan perlahan si writers block yang menjengkelkan. Siapa tahu peristiwa-peristiwa yang Anda alami bisa dijadikan sebuah cerita yang luar biasa.
  2. Segeralah tulis ide yang baru saja muncul. Misalnya Anda sedang tidak dalam kegiatan menulis, Anda bisa mencatatnya di note smartphone Anda agar tidak hilang di ingatan. Mungkin saja ide dadakan itu bisa menjadikan Anda sebagai penulis terkenal.
  3. Baca ulang buku kesukaan Anda. Karena dengan membaca, bisa memancing ide-ide baru, ataupun sekedar hanya menambah kosa kata baru yang masih jarang Anda gunakan.
  4. Menonton film bisa dijadikan alternatif. Anda bisa membuat review film tersebut di blog Anda. Cara yang satu ini bisa digunakan untuk melatih agar Anda terbiasa dengan menulis dengan diawali hal yang sederhana.
  5. Tirulah tulisan lain. Eit! Bukan asal meniru atau mencontek mentah-mentah. Melainkan Anda bisa meniru gaya bahasa, cara bercerita, ataupun mengadopsi tema yang bisa Anda kembangkan. Lama-kelamaan, jika Anda sudah terbiasa menulis, Anda akan menemukan gaya bahasa Anda sendiri.
  6. Carilah tempat yang membuat Anda nyaman dalam menulis. Misalnya Anda bosan menulis di kamar, Anda bisa pergi ke taman atau ke tempat yang Anda suka. Ini akan membantu Anda lebih fresh dalam menuangkan ide.
  7. Konsistenkan diri. Luangkan waktu untuk menulis meski itu hanya 15 menit dalam 1 hari. Menulis apa saja. Fiksi maupun non fiksi. Tapi, ingat. Saat Anda menulis, Anda harus memfokuskan diri. Jauhkan diri dari gadget yang membuat fokus Anda teralihkan. Karena mungkin saja writers block yang Anda alami hanyalah jelmaan dari sebuah rasa malas saja.
  8. Jika Anda suka berkompetisi, Anda bisa mengikuti lomba menulis yang tersebar di internet. Tentunya lomba menulis memiliki deadline. Dengan deadline, Anda akan terpacu untuk menyelesaikan tulisan dengan baik dalam kurun waktu tertentu.

Menulis memang membutuhkan kekonsistenan. Anda tidak akan bisa menyelesaikan tulisan jika bukan diri Anda sendiri yang memacu untuk menyelesaikannya. Menulislah yang Anda suka. Sehingga dengan demikian akan membuat Anda bahagia dan senang menulis. Ini akan memudahkan Anda dalam proses menulis.
Tips di atas bisa juga digunakan untuk menggali potensi menulis apa yang Anda punya atau genre tulisan apa yang cocok untuk Anda. Apabila Anda sudah menemukan genre yang cocok dan ingin memperdalam suatu genre tulisan, Anda bisa mengikuti kursus menulis offline maupun online. Dewasa ini, banyak tersebar kursus menulis online tanpa harus bertemu muka. Tentunya ini memudahkan Anda jika kebetulan berdomisili jauh dengan sang mentor. Salah satunya adalah Pelatihan Menulis Online yang dikelola oleh Ibu Saleha Juliandi. Anda akan dibimbing oleh para mentor berpengalaman. Selain murah, peserta mendapatkan fasilitas konsultasi tanpa batas dan jaminan pasti terbit.
Nah, bagaimana? Tips di atas mudah diterapkan bukan? Mari menulis! Jangan biarkan writers block menghalangi ide-ide cemerlang Anda.

Pengumuman Pemenang Lomba Resensi Buku "Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura"

Setelah melewati proses penjurian, akhirnya dewan juri memutuskan siapa pemenangLomba Resensi Buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura”

Berikut adalah nama-nama pemenangnya:
Juara 1 (Hadiah Uang Tunai Rp 1.250.000) : Muhammad Rizal B. Firmansyah
Juara 2 (Hadiah Uang Tunai Rp 1.000.000) : Muhammad Rezky Rahmansyah
Juara 3 (Hadiah Uang Tunai Rp 750.000) : Moh. Mizan Asrori
Kami selaku tim penerbit mengucapkan selamat kepada pemenang. Semoga para pemenang bisa lebih termotivasi dalam dunia tulis menulis.?
Terima kasih kepada rekan-rekan pelajar dan mahasiswa yang telah membaca buku “Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura” dan telah berpartisipasi dalam lomba ini. Untuk yang belum berkesempatan menjadi pemenang, semoga lebih bersemangat lagi dalam menulis.?
Info selengkapnya bisa dicek melalui link berikut: http://bit.ly/1SDbcxc
 

Kenapa Buku yang Anda Tulis Tidak Laku?

mini gathering quanta-elexmedia
Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan undangan dari Quanta-Elexmedia Komputindo dalam acara mini gathering. Acara yang selalu saya tunggu-tunggu, karena bisa berkumpul bareng dengan para penulis dan editor. Berkumpul bersama mereka bagai menelan bubuk mesiu yang bisa meledakkan semangat. Hehe.. 🙂
Selain mendapatkan ledakan semangat, di acara super keren itu, kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu. Khusus di mini gathering kali itu, kami mendapatkan ilmu menjual buku. Asyik, kan… :).
Nah, agar ilmu yang saya peroleh di acara tersebut lebih bermanfaat, saya akan membagikannya kepada teman-teman semua. Saya juga akan menyisipkan beberapa pengalaman berbisnis buku yang telah kami geluti selama 3 tahun ini.
Buku merupakan produk dari seorang penulis. Agar opini yang penulis tuangkan ke dalam tulisan bisa sampai kepada masyarakat, maka buku harus dibaca oleh masyarakat. Semakin banyak buku tersebut dibaca oleh masyarakat, maka semakin tersebar pula opini si penulis kepada masyarakat. Sehingga, semakin besar kemungkinan si penulis mempengaruhi masyarakat. Agar hal tersebut dapat tercapai, maka penulis harus bisa menjual bukunya sebanyak mungkin. Kecuali jika si penulis akan membagikan buku-bukunya secara gratis kepada seluruh masyarakat 🙂
Dalam menjual buku, ada beberapa “pintu” yang paling umum dilakukan oleh penulis, yaitu melalui toko buku, toko online, dan melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar.
Khusus penjualan buku melalui toko buku, dibahas mendetail di acara mini gathering tersebut oleh Pak Yoyok dari Gramedia Matraman. Jika Anda menerbitkan buku secara mayor, berikut perlakuan buku Anda di toko buku:
Tahap pertama adalah penerimaan. Pada tahap ini, buku Anda yang beroplah sekitar 2.000 eksemplar diterima oleh toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap toko mendapatkan sekitar 10 – 30 eksemplar, tergantung PO (permintaan) toko.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Yoyok juga mengatakan bahwa toko menerima setidaknya 2.500 – 2.600 JUDUL BARU setiap bulannya! Wow…jumlah yang fantastis. Dan dari hasil pengamatan terhadap arus buku yang masuk, jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah.
Di satu sisi saya bangga dengan meningkatnya jumlah buku yang dihasilkan oleh para penulis. Meningkatnya jumlah buku yang diproduksi, menunjukkan semakin meningkatnya permintaan buku oleh masyarakat. Sehingga, bisa diasumsikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia juga mengalami peningkatan. Namun di sini lain, dengan semakin banyaknya jumlah buku dan penulis, menjadi tantangan besar bagi setiap penulis agar tetap eksis dan bisa bersaing di pasar yang sangat ketat. Tips untuk para penulis dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, akan saya jelaskan lebih detil di bawah.
Tahap kedua adalah memajang (men-display) buku Anda di rak-rak toko. Khusus buku baru, akan diletakkan di floor, yaitu meja yang di lantai. Biasanya meja ini berada di dekat pintu masuk sehingga dapat dilihat oleh pengunjung. Setelah dipajang di floor, buku akan dipindahkan ke rak-rak berdasarkan kategori atau rak biasa. Namun harus diingat juga, bahwa tidak semua buku akan dipajang di floor. Hanya buku yang dinilai potensial saja, yang akan dipajang di floor. Buku yang dinilai kurang potensial akan langsung diletakkan di rak biasa berdasarkan kategori genre buku.
Mengenai display (rak) toko ini, ada sedikit rahasia yang akan saya bagikan di bawah. So, terus baca hingga tuntas tulisan ini.
Tahap ketiga adalah Retur, yaitu apabila penjualan buku Anda di toko menunjukkan pergerakan yang lambat (slow moving), yaitu penjualan biasa-biasa saja, stagnan atau bahkan buruk, maka dalam waktu sekitar 2-6 bulan, buku Anda akan diretur (dikembalikan) ke penerbit. Ingat kan, pada paragraf sebelumnya sudah saya sebutkan bahwa ada 2.500-2.600 JUDUL BARU masuk ke toko setiap bulannya. Sementara, jumlah rak buku tetap, tidak bertambah. Sehingga, jika buku Anda kurang prospektif, maka akan segera digusur dari rak.
Sadis, ya. Lama nulisnya, puyeng nulisnya, lama nemuin penerbit mayornya, dan lama nunggu terbitnya, akhirnya diretur hehe… Yah itulah bisnis. Pada akhirnya, mau gak mau keuntungan materilah yang menjadi pertimbangan. Apabila buku Anda tidak dapat lagi memberikan keuntungan yang baik untuk toko, maka toko terpaksa harus meretur buku Anda ke penerbit. Wajar dong ya, karena semua pebisnis termasuk toko harus terus melangsungkan hidup dan terus menggaji para karyawan mereka.
Jadi jangan heran jika royalti yang Anda terima sedikit, meskipun buku Anda sudah “habis” di toko. Hal tersebut bukan karena buku Anda habis laku terjual, tapi habis diretur.
Tahap lainnya adalah Repeat, yaitu apabila stok buku di toko habis, sementara track record penjualan buku Anda dinilai masih bagus, maka toko akan melakukan Repeat Order (RO) kepada penerbit.
Namun, biasanya tidak semua penerbit memenuhi RO dari toko. Sebagian penerbit akan memenuhi RO, tapi sebagian penerbit memutuskan tidak memenuhi RO karena berbagai pertimbangan. Sebagai contoh adalah buku Pendidikan Anak Ala Jepang yang kami terbitkan. Banyak toko yang mengajukan RO kepada kami karena stok buku di toko sudah habis sementara track record penjualan buku tersebut masih sangat bagus. Kami memang memutuskan untuk tidak memenuhi RO toko karena pertimbangan keuntungan yang (jujur) jauh lebih kecil ketimbang penjualan yang kami himpun melalui penjualan online dan melalui Agen (Dropship). Melalui survei yang kami lakukan kepada konsumen, umumnya mereka juga lebih senang jika bukunya diantar ke rumah langsung ketimbang mereka harus pergi ke toko.
Sehingga, jika Anda mencari buku Pendidikan Anak Ala Jepang di toko buku, mungkin sudah mulai sulit menemukannya. Bukan karena habis diretur, tapi habis terjual. Sementara, RO toko belum ingin kami penuhi.
Jadi buat Anda penulis buku, tidak perlu risau juga jika buku Anda tidak ditemukan lagi di toko. Bukan berarti buku Anda habis diretur, tapi bisa jadi memang buku Anda habis terjual sementara RO toko tidak dipenuhi oleh penerbit. Asalkan royalti Anda lancar dan besar, dari ‘pintu’ penjualan manapun, sama saja bukan? Opini Anda tetap tersebar luas dibaca oleh masyarakat dan kantong Anda pun tebal :). Jika Anda mengalami hal serupa, tanyakan perihal tersebut kepada penerbit untuk meminta penjelasan mengenai status buku Anda.
Sampai sini kira-kira sudah dapat gambaran kan, bagaimana perlakuan buku Anda selama di toko buku.
Nah, sekarang giliran saya bertanya kepada Anda. Jangan meneruskan membaca sebelum menjawab pertanyaan saya, ya 🙂
Berikut pertanyaannya:
“Apakah buku yang LEBIH LARIS pasti LEBIH BAGUS dibandingkan buku yang KURANG LARIS?”
Setelah Anda menjawab, silakan lihat gambar di bawah ini:
Slide Presentasi
Yap, buku yang lebih laris BELUM TENTU lebih bagus ketimbang buku yang kurang laris.
Kenapa?
Berikut penjelasan yang saya dapatkan dari mini gathering dan pengalaman kami selama ini.
Penulis adalah KUNCI dari penjualan buku. Penulis tidak hanya harus bisa menulis. Tapi juga harus bisa MENJUAL bukunya.
Menjual yang dimaksud di sini bukan berarti melulu dengan berkoar-koar menyebutkan buku yang Anda tulis serta harganya. Tapi termasuk usaha Anda dalam membranding diri. Semakin brand diri Anda dikenal masyarakat, semakin besar masyarakat mengenal produk Anda dan tertarik membeli buku Anda.
Selain itu adalah istiqomah, yaitu terus menulis tanpa lelah. Jangan baru satu buku, gak laku, lalu malu :). Teruslah menulis, karena Anda akan dikenal sebagai penulis jika Anda terus menulis.
Langkah lain adalah bentuklah ikatan emosional dengan (calon) pembaca buku Anda. Sehingga, mereka “menyukai” dan “membutuhkan” Anda. Ikatan emosional ini bisa Anda rintis dengan berbagai cara, antara lain bisa melalui komunitas yang Anda bangun atau melalui informasi-informasi bermanfaat yang Anda bagikan kepada mereka. Pilihlah informasi-informasi yang berkaitan dengan segmen buku Anda.
Tips lain adalah sering-seringlah mengadakan kegiatan yang melibatkan brand atau buku Anda, seperti seminar, bedah buku, atau aktivitas lainnya. Anda bisa mengadakan kegiatan tersebut secara mandiri atau bisa juga melibatkan penerbit atau lembaga lain.
Selain keempat tips di atas, tentu tulislah buku yang menarik, unik, dan sajikan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya di buku lain. Tidak hanya para scientist dan pengusaha aja loh yang dituntut harus inovatif. Tapi semua orang yang “menjual”, termasuk penulis juga harus bisa inovatif! 🙂
Nah, tentang rahasia display (rak) toko yang di atas saya janjikan akan saya ulas, akan saya ulas pada beberapa paragraf di bawah ini.
Letak rak memang cukup mempengaruhi penjualan buku Anda. Letak yang strategis, tentu akan memancing penjualan yang lebih besar terhadap buku Anda. Berbeda dengan buku-buku yang terletak di rak biasa. Apalagi kalau rak itu berada di pojokan, pula. Kalau pengunjung toko bukan orang yang suka blusukan, dijamin buku Anda tidak akan tersentuh pembeli.
Nah, jika Anda memiliki dana yang cukup, Anda bisa menyewa rak di bagian depan untuk buku Anda sehingga buku Anda dapat dengan mudah dilihat dan ditemukan oleh pengunjung toko. Bahkan, Anda bisa menyewa neon box khusus untuk display buku Anda. Biaya sewa rak “spesial” tersebut berbeda-beda setiap toko, sekitar 1-2 juta per 2 minggu. Semakin potensial toko, biasanya semakin mahal biaya sewa raknya.
Bukan hanya sewa rak “spesial” yang bisa Anda manfaatkan dari toko untuk buku Anda. Anda juga dapat menghubungi pihak toko untuk menyelenggarakan bedah buku, seminar, atau kegiatan apapun untuk buku Anda. Tapi, tentu juga diperlukan syarat khusus dan biaya. Biasanya, untuk bedah buku/seminar, hanya penulis-penulis yang dijamin bisa menghadirkan peserta dalam acara tersebut, yang akan di-ACC permohonannya. Lucu dong ya, kalau pihak toko sudah menyiapkan acara tapi ternyata peserta seminar/bedah buku yang hadir segelintir atau bahkan tidak ada. Pasti tidak enak banget bagi penulisnya sendiri maupun tidak enak juga bagi pihak toko. Selain syarat tersebut, sejumlah biaya tertentu juga diperlukan. Karena toko biasanya harus menyiapkan kursi, sound system, spanduk, dan area khusus untuk acara yang biasanya menyebabkan penurunan penjualan buku lain yang terdisplay di sekitar area tersebut. Biaya pengadaan seminar/bedah buku ini, bisa Anda tanyakan langsung ke toko-toko terkait.
Demikianlah beberapa tips untuk penulis dalam menjual buku agar laris di pasar. Sekali lagi saya katakan bahwa PENULIS adalah KUNCI kesuksesan penjualan buku. Penerbit hanya bisa membantu memfasilitasi penulis. Jadi, jangan pernah memasrahkan penjualan buku Anda hanya kepada penerbit, apalagi menyalahkan penerbit jika buku Anda tidak laku. Setiap penerbit pasti ingin semua buku yang mereka terbitkan laku. Kalau buku Anda laku, penerbit juga akan semakin untung, kok. Mana ada pebisnis yang menolak keuntungan.
Semakin ketatnya persaingan di pasar, mulailah MENJUAL buku Anda semaksimal mungkin sekarang juga. Jangan hanya mengandalkan penjualan toko dimana rotasi buku Anda sangat dibatasi waktunya. Maksimalkan juga pemanfaatan media digital (online) untuk menjual buku Anda dengan tips-tips yang telah saya sampaikan di atas. Tips sukses lain dalam berjualan online bisa Anda baca di artikel yang pernah saya tulis di sini. Apabila Anda ingin mendapatkan pelatihan lebih mendalam dalam menulis hingga memasarkan buku Anda agar laris, bisa bergabung ke dalam Pelatihan Menulis.
Apabila Anda menilai artikel ini bermanfaat, bagikan dan teruskan. Semoga kebaikan terus menyebar bagai virus di negeri ini.

Tangan Kasar Akibat Cuci Piring: Mengganti Sabun Cuci Piring dengan Sabun Tangan, Sabun Mandi atau Shampo. Bisakah..?

sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/
Sebagai mom and writerpreneur, keseharian saya disibukkan dengan urusan mengurus rumah, anak, menulis, hingga urusan bisnis. Karena sudah 2 bulan ini kami tidak memakai pembantu rumah tangga (PRT), sehingga semua urusan rumah kami lakukan bergotong-royong. Biasanya si sulung (1 SMP) mencuci dan menjemur pakaian. Anak ke-2, 3, dan 4 (4,5 – 6,5 tahun) membuang sampah dari dalam rumah ke tong sampah besar di depan rumah sebelum diambil oleh petugas kebersihan, menyiram tanaman, memberi makan ikan, mengisi toples2 air dan memasukkannya ke dalam kulkas. Suami melipat dan menyetrika baju. Sedangkan saya, menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci piring.
Nah, untuk urusan cuci piring ini, saya paling enggak suka. Baru 2 bulan mencuci piring sendiri, tangan terasa panas dan kasar. Padahal yang saya gunakan adalah sabun cuci piring kategori mahal, hehe..
Kebetulan sekali kami bekerjasama dengan Elexmedia baru saja menerbitkan buku “Smart Mom in The Kitchen”, karya sahabat saya, Mbak Meilina Widyawati, Ph.D. Menurut buku tersebut dan hasil diskusi saya dengannya, berikut saya buat rangkumannya:
Sabun merupakan produk dari reaksi saponifikasi antara lemak/minyak dan senyawa alkali. Berdasarkan jenis alkali yang digunakan, dikenal 2 jenis sabun, yaitu ‘sabun keras’ & ‘sabun lunak’. ‘Sabun keras’, jika alkali yang digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH). Sedangkan ‘sabun lunak’, jika alkali yang digunakan adalah potassium hidroksida (KOH). Contoh ‘sabun keras’ adalah sabun mandi batangan. Sedangkan ‘sabun lunak’ adalah sabun tangan cair, sabun mandi cair, atau shampoo. Kombinasi dari kadar NaOH & KOH yg digunakan akan menghasilkan sabun dengan tingkat kecairan yang bervariasi, misal sabun mandi bentuk gel.
Secara umum, sabun bersifat alkali. Dan sebagaimana sifat zat alkali yg bersifat iritan, sabun pun bisa mengiritasi kulit. Kulit kering dan panas adalah salah satu tanda iritasi akibat hilangnya kelembapan kulit. Sebab itu ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampo sering ditambahkan zat lain utk melembabkan dan sekaligus menurunkan tingkat alkalinitasnya.
Selain sabun yang kita bahas di atas, kita juga mengenal deterjen. Deterjen termasuk sabun sintetik. Jika sabun yang kita bahas sebelumnya terbuat dari lemak/minyak, maka deterjen terbuat dari senyawa-senyawa hidrokarbon rantai panjang yang merupakan senyawa-ssenyawa turunan (hasil pengolahan lanjut) dari minyak bumi, khususnya alkil sulfat/sulfonat.
Suatu deterjen, bisa terdiri dari satu campuran senyawa-senyawa Sodium Lauril Sulfat (SLS), Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) atau Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS). Senyawa-senyawa tersebut memiliki karakteristik sebagai surfactant (surface active agent) yang mirip dengan sabun dan merupakan komponen utama dari deterjen.
Secara fisik, deterjen bisa berupa serbuk atau cair. Contoh deterjen serbuk adalah deterjen untuk mencuci pakaian. Contoh deterjen cair adalah sabun cuci piring, walaupun tidak semua sabun cuci piring merupakan deterjen.
Dibandingkan sabun biasa, deterjen menghasilkan busa yang lebih melimpah. Selain itu, bahan aktif surfactant bersifat lebih mudah mengikat kotoran/lemak daripada sabun biasa. Ampuh membersihkan kotoran membandel di peralatan makan/alat dapur. Sebab alasan-alasan inilah, ‘sabun cuci piring’ yang beredar di pasaran umumnya berjenis deterjen.
Krn sifatnya yang mudah mengikat kotoran/lemak, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS pun sering ditambahkan ke dalam sabun tangan/sabun mandi/shampoo untuk meningkatkan daya bersihnya. Tentu saja, kadar SLS/SLES/LAS dalam sabun-sabun ini jauh lebih rendah daripada yg terkandung dalam ‘sabun cuci piring’ alias deterjen.
Namun dibalik daya bersihnya yang hebat, senyawa-senyawa SLS/SLES/LAS berpotensi mengiritasi kulit. Telapak tangan terasa panas atau gatal seperti yang saya alami setelah berulang memakai ‘sabun cuci piring’ adalah indikasi bahwa ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan telah mengiritasi. Meskipun, mungkin perlu dicatat bahwa ketahanan tiap orang tidak sama. Bagi orang lain, mungkin saja ‘sabun cuci piring’ yang saya gunakan tidak berefek sama.
Jika Anda mengalami hal yang sama dengan saya, berikut beberapa cara menyiasatinya:
1) Mengganti ‘sabun cuci piring’ dengan sabun yg tingkat alkali-nya lebih rendah, bisa dengan menggunakan sabun rendah sodium, atau memakai sabun pembersih jenis lain yang lebih lembut/lebih tidak alkali, misal sabun tangan, sabun mandi atau shampoo, dengan catatan:

a) Karena daya bersih sabun tangan/sabun mandi/shampoo lebih rendah daripada ‘sabun cuci piring’, mungkin diperlukan penyabunan berulang yang berakibat boros pemakaian.

b) Hanya gunakan untuk mencuci piring dengan tangan. Jangan gunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo untuk pencucian dengan dishwasher.

c) Jika menggunakan sabun tangan/sabun mandi/shampo sebagai pengganti ‘sabun cuci piring’, tambahkan baking soda (jika perlu) untuk membersihkan lemak membandel (catatan: ‘sabun cuci piring’ atau deterjen biasanya sudah diberi tambahan anti lemak).

d) Pilih sabun tangan/sabun mandi/shampo yangg tidak mengandung cream moisturizer, supaya bersihnya di piring/alat dapur terasa kesat. Sabun badan atau shampo ber-conditioner mengandung moisturizer, sehingga kurang kesat digunakan.

e) Pilih yg bukan wangi bunga atau parfum, tapi wangi jeruk/sitrus yang segar.

Namun jika iritasi tangan tetap berlangsung setelah mengganti dengan sabun yang lebih lembut, kemungkinan besar disebabkan karena kulit tidak tahan terhadap alergen-alergen yang umumnya terkandung pada sabun ‘cuci piring’/ sabun tangan/sabun badan/shampo, yaitu:
– SLS (sodium lauril sulfat)
– SLES (sodium laureth sulfat)
– LAS (linear alkil sulfonat)
– alkohol & isopropril alkohol (senyawa glikol)
– pewangi sabun
– parrabean.
Solusinya adalah dengan menghindarkan tangan berkontak langsung dengan sabun (jenis apapun) yg mengandung zat-zat tersebut, yaitu bisa dilakukan dengan cara:
2) Mengganti dengan sabun yang tidak mengandung zat-zat alergen tersebut. Pilih sabun dari jenis “natural/organik” (karena zat-zat alergen tersebut merupakan zat sintetik hasil pengolahan minyak bumi).
3) Menggunakan pelindung tangan (misal: gloves karet) setiap kali mencuci piring dengan sabun pembersih.
Demikian kurang lebihnya.. Saya sudah 3 hari ini mengganti sabun cuci piring dengan shampo yang saya tambah baking soda saat membersihkan lemak/minyak membandel. Alhamdulillah, tangan kembali haluuus :).
Apabila Anda ingin mengetahui lebih lengkap tentang bahan-bahan berbahaya dan bermanfaat di dapur Anda, bisa mendapatkan buku Smart Mom in The Kitchen di sini
sumber gambar: http://www.workingwonders.ca/

6 Kesalahan dalam Menulis Buku dan Solusinya

Untuk menulis buku, ternyata modal semangat saja tidaklah cukup. Harus tahu ilmunya, biar proses penggarapannya bisa terarah, nyaman, dan cepat.
Sekarang, apakah Anda ingin menulis buku dengan baik dan benar? Lalu coba cek apakah Anda pernah melakukan enam kesalahan ini? Jika iya, segera cari tahu solusinya di tulisan berikut ini:
Kesalahan pertama adalah tidak merancang naskah atau konsep buku tidak dipikirkan sejak awal. Jadi langsung menulis saja sampai sepuasnya. Hasilnya, bahasan tulisan akan melebar dan tidak tahu akan berakhir pada pembahasan apa. Solusinya, tentukanlah outline terlebih dahulu. Buatlah kerangka tulisan, seperti daftar isi yang disertai pokok bahasan singkat setiap babnya.
Dari outline itu akan terlihat jelas batasan atau ruang lingkup pembahasan. Di sinilah Anda harus bisa lebih kreatif saat menyusun konsep bukunya. Bukan asal-asalan saja, asal nulis dan asal jadi. Pada tahapan ini juga, setidaknya kita sudah membaca beberapa buku setema sehingga bisa dijadikan rujukan sekaligus pembanding. Jangan sampai Anda mengulang-ulang bab/sub-bab (bahasan) yang sudah banyak dibahas di buku lain.
Jangan pernah beranggapan bahwa membuat outline hanya akan menghabiskan waktu Anda. Karena Anda akan memerlukannya kemudian untuk mempermudah pekerjaan Anda. Terlebih lagi, biasanya outline menjadi hal pertama yang akan dibaca oleh editor. Buatlah outline semenarik mungkin sehingga editor tertarik membaca naskah Anda. Apabila outline Anda tidak menarik, jangan berharap editor akan membaca naskah beratus-ratus lembar yang telah Anda kirimkan.
Kesalahan kedua, tidak fokus pada sasaran pembaca tertentu. Jadi saat merancang buku tidak ditentukan berbagai hal tentang pembaca sasarannya. Artinya buku tersebut seolah-olah bisa dibaca oleh semua usia. Padahal cara seperti itu akan berpengaruh pada minat baca dan gaya bahasa. Tentunya buku remaja dan buku dewasa akan berbeda gaya bahasa dan bobot materinya. Jika kita mencampur-aduk semuanya, maka yang terjadi justru buku tersebut akan menjadi tidak tepat sasaran dan terkesan “bimbang”.
Solusinya, tentukan terlebih dahulu apakah buku tersebut termasuk buku untuk anak-anak, untuk remaja, atau untuk dewasa. Klasifikasi usia pembaca tersebut akan lebih memudahkan kita untuk memilih diksi dan gaya bahasa. Terutama bobot materinya juga disesuaikan dengan sasaran pembaca. Selain itu juga memudahkan kita untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit yang sesuai dengan naskah tersebut.
Kesalahan ketiga, Anda tidak menguasai bidang keilmuan/materi yang ditulis. Hanya berbekal akses internet saja. Alhasil, yang terjadi justru hanya copy paste. Sama sekali tidak menulis, justru menyusun tulisan orang lain. Memang tidak masalah jika mau jujur dengan mencantumkan sumber atau referensinya (footnote). Hanya saja, buku yang dihasilkan hanya terkesan seperti kliping! Efeknya akan buruk sendiri untuk nama baik Anda. Biasanya pihak editor dari penerbit akan langsung menegur jika ada naskah yang hanya disusun dari tulisan di internet. Sebab hal itu bisa menyalahi hak cipta tulisan orang lain. Selain itu juga tidak melatih kita untuk benar-benar menulis dengan benar. Sekali lagi ingat, bahwa copy paste itu bukanlah bagian dari teknik menulis.
Solusinya, mulailah menulis dari bidang keilmuan yang benar-benar dikuasai. Sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di sekolah/kampus atau sesuai pengalaman Anda. Seperti buku Pendidikan Anak Ala Jepang dan Best of Kyoto, saya tulis bukan karena saya memiliki background ilmu kesastraan Jepang. Melainkan karena saya memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan traveling selama menetap di Jepang. Jika Anda menguasai terhadap apa yang Anda tulis, tentu Anda akan lancar menuliskannya, dan pembaca pun akan semakin percaya kalau Anda memang kompeten di bidang tersebut. Begitu juga penerbit akan yakin menerbitkan buku tersebut sebab ditulis oleh orang yang benar-benar paham ilmu tersebut.
Kesalahan keempat, tidak punya jadwal menulis. Lalu apa artinya jika sudah merancang outline, sudah tahu sasaran pembaca, sudah menguasai keilmuannya, tapi tidak konsisten dalam menulis? Ya pasti naskah buku tidak akan selesai dan bahkan Anda lupakan. Sayang sekali. Seakan-akan menggarap naskah buku adalah pekerjaan sampingan yang kapan saja bisa disentuh dan kapan saja bisa dilupakan. Kalau memang begitu, maka urungkan saja cita-cita menulis buku itu.
Solusinya, buatlah tabel waktu penggarapan yang jelas. Tentukan batas waktunya (jadwal). Tuliskan juga di tabel itu tanggal berapa setiap bab harus diselesaika. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk menggarap per babnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Lalu jangan lupa berikan hadiah tersendiri jika kita bisa menepati jadwal itu. Misalnya akan membeli bakso 3 mangkuk jika Anda bisa merampungkan 1 bab :D. Hadiah itu untuk memotivasi kita dan mengobati rasa lelah.
Kesalahan Kelima, menulis sekaligus mengedit. Ini kesalahan paling sering dilakukan oleh siapa pun yang baru pertama belajar menulis naskah. Yakni dalam satu waktu sedang menulis lalu melihat tulisan di atasnya dan mengeditnya. Sehingga tulisan selesainya lama sekali. Ada rasa cemas jika tidak melihat tulisan yang sudah dibuat. Padahal cara menulis seperti itu akan membuat Anda mudah lelah dan capek sendiri. Bahkan menulis 2 halaman saja memakan waktu sampai berjam-jam.
Solusinya, menulislah dengan cepat dan jangan pedulikan dulu kesalahan ketik atau ejaan. Biarkan proses menulis berjalan dengan alami. Nanti setelah tulisan selesai, baru Anda edit. Jadi antara aktivitas menulis dan edit itu adalah dua aktivitas yang berbeda. Misalkan hari ini menulis, lalu besok mengeditnya. Dengan begitu, kita tidak akan kehabisan banyak energi dan waktu. Lagipula, jangan terlalu merisaukan masalah editing ini. Selama tulisan Anda mudah dipahami, tidak alay, dan tidak terlalu banyak salah ketik, no problem. Editor bisa menerima dan mereka akan mengeditnya sebelum naskah Anda diterbitkan.
Kesalahan Keenam, menginginkan buku Anda banyak yang membaca, namun Anda malu atau bahkan tidak mengerti cara berjualan. Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda banyak dibaca orang (read: laku). Jangan mengandalkan penerbit untuk mempromosikan buku Anda. Tugas utama promosi adalah Anda sendiri selaku penulisnya. Buku Pendidikan Anak Ala Jepang merupakan produk yang bisa saya contohkan. Buku ini bahkan bisa terjual setidaknya 1000 kopi dalam sebulan melalui penjualan non-toko (penjualan di toko malah kalah dengan penjualan non-toko. Melalui fakta ini, saya sekaligus ingin menyadarkan kepada siapa saja yang masih meremehkan penerbitan indie dimana buku hanya dijual online/via sms).
Sekali lagi saya sampaikan, bahwa “Tidak peduli buku Anda dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, Anda harus gencar mempromosikan buku Anda jika ingin buku Anda laku. Karena penjualan buku Anda sangat tergantung dari proses promosi penulisnya”. Tapi tentu juga ditambah konten yang menarik ya… Meskipun promosi gencar, tapi kalau konten hancur, ya sama saja 😀
Nah, proses marketing buku tidak harus Anda lakukan setelah buku terbit. Anda dapat melakukan marketing bahkan sebelum buku terbit dan justru teknik inilah yang terbaik dalam promosi Anda. Siapkan pasar Anda sebelum buku Anda terbit. Baca selengkapnya tips marketing online buku Anda di artikel Strategi Pemasaran Online untuk Produk Anda
Apakah sekarang Anda sudah tahu letak kesalahan dalam menulis naskah buku dan tahu solusinya? Maka segera perbaiki cara Anda dalam menggarap naskah buku. Selamat berkarya!

Strategi Pemasaran Online untuk Produk Anda

Jika kita membicarakan tentang pemasaran, maka kita akan menemukan istilah Konten Marketing. Konten Marketing merupakan strategi pemasaran yang berfokus pada pembuatan dan distribusi konten yang bernilai, relevan dan konsisten. Konten marketing dibuat dengan tujuan untuk menarik serta mempertahankan perhatian audiens kepada produk kita bahkan bisa mendorong pelanggan melakukan keinginan kita. Konten dapat berupa artikel, video, audio atau gambar. Konten-konten tersebut dibuat selain untuk menarik traffic besar menuju website juga bertujuan untuk meningkatkan penjualan.
Konten Marketing yang hebat tidak hanya membawa bisnis memperoleh target penjualan sesuai yang diinginkan namun juga memberikan image baik kepada brand atau produk yang ditawarkan. Karena konten marketing yang hebat biasanya bisa memberikan informasi yang berguna, memberikan edukasi dan pencerahan, memberikan solusi yang dibutuhkan pelanggan dan kadang-kadang pula berisi konten ringan yang menghibur. Sehingga, konten promosi tidak melulu harus menyebutkan nama, harga, dan deskripsi produk Anda.
Konten Marketing dapat disebarkan melalui email marketing atau sosial media yang dimiliki oleh website Anda. Diantara sosial media yang kerap digunakan untuk menyebarkan konten marketing adalah Facebook, Twitter, Google+ dan Instagram dan lain-lain.
Manfaat yang didapat dengan menyebarkan konten marketing melalui sosial media adalah apabila konsumen atau audiens menyukai konten yang Anda bagikan, mereka bisa membaginya kepada teman dan follower mereka. Hal tersebut tentu saja dapat membuka celah pasar baru bagi produk yang sedang anda tawarkan. Jika mereka tidak membagikannya pun, Anda tetap akan beruntung. Karena mereka telah mengunjungi situs Anda dan mengetahui produk-produk Anda. Oya, yang disebut produk di sini bukan hanya produk dalam bentuk barang, ya. Namun juga bisa berupa jasa maupun diri Anda sendiri!
Meski ratusan konten marketing dapat Anda bagikan setiap hari, namun tetaplah harus memperhatikan timing atau waktu penyampaian, kualitas konten, dan target audiens yang akan Anda bidik sehingga konten marketing tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal, baik untuk meningkatkan penjualan ataupun sebagai sarana pengikat audiens agar loyal menggunakan produk Anda. Dan ingat, jangan terlalu sering mengirimkan konten marketing karena justru akan membuat audiens Anda jenuh dan bosan, kecuali jika Anda memiliki konten marketing yang benar-benar berbeda dan inovatif.
Jumlah follower juga akan sangat mempengaruhi seberapa besar target pasar yang akan menerima konten marketing Anda. Agar memperoleh perhatian dan dapat menambah jumlah follower di sosial media Anda harus dapat menulis konten atau status yang menarik serta relevan dengan produk yang anda tawarkan. Tidak hanya itu, Anda perlu juga membuat kata kunci atau keyword yang dapat ditemukan oleh mesin pencari (search engine) seperti Google, Yahoo, Bing dan lain-lain.
Sudah saya sebutkan di atas tadi, bahwa menjual produk melalui tulisan tidak melulu harus menyebutkan spesifikasi barang atau produk yang Anda tawarkan, atau informasi yang berkaitan dengan produk tersebut, seperti fitur apa saja yang dimiliki, kelebihan produk, harga dan cara melakukan pembelian. Namun, Anda dapat menyajikan informasi atau artikel-artikel bermanfaat yang berkaitan dengan produk tersebut. Untuk dapat melakukan promosi tersebut, Anda perlu memahami teknik copywriting. Seperti artikel ini. Saya tulis artikel ini sebagai konten marketing untuk diri saya sendiri sebagai entrepreneur. Melalui artikel ini, Anda akan semakin mengenal saya, mengetahui aktivitas saya, hingga mengetahui produk-produk yang saya tawarkan. Tentu hal tersebut akan membuka lebar peluang Anda membeli produk saya atau bahkan peluang dalam menjalin kerjasama bisnis lainnya.
Apakah copywriting itu? Copy disini berarti teks yang digunakan dalam penjualan atau pemasaran sebuah produk. Teks tersebut dapat kita temui dalam reklame iklan, landing page media sosial, brosur dan sebagainya. Writing artinya penulisan. Secara garis besar, copywriting merupakan proses penulisan copy atau teks yang bertujuan sebagai iklan atau promosi.
Sebuah riset juga perlu Anda lakukan untuk perbaikan produk. Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan membagikan kuis atau memancing reaksi audiens dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kebutuhan riset Anda. Misal sejauh apa kebutuhan mereka akan produk Anda, apa kegiatan mereka yang kira-kira berhubungan dengan produk Anda, apa kepentingan mereka, dan apa harapan mereka. Sehingga, hasil riset tersebut bisa Anda gunakan untuk meningkatkan kualitas produk atau bahkan untuk menciptakan produk baru.
Anda harus memahami bahwa kebutuhan dasar manusia adalah money (uang), health (kesehatan), happiness (kebahagiaan) dan love (kasih sayang dan merasa dihargai). Sehingga, konten marketing yang Anda buat setidaknya bisa memberikan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.
Pada saat menulis konten marketing, Anda dapat menggunakan formula AIDA yakni Attention (buat headline yang dapat menarik perhatian para audiens), Interest (ketahui hal-hal yang menarik bagi audiens Anda sehingga mereka mau membaca penawaran Anda), Desire (ketahui keinginan mereka) dan Action (mintalah mereka melakukan apa yang Anda inginkan, apakah hanya sekedar membagi konten di halaman mereka, melakukan LIKE, SHARE, atau membeli produk Anda).