Balas Dendam

Ditulis Oleh: Ade Tuti Turistiati
 
Apakah Anda sedang merasa sebal, kesal, benci dengan seseorang?
Merasa dikhianati, dimanfaatkan (dalam konteks negatif)?
Terus Anda berpikir untuk membalas dendam atau dengan bahasa halusnya ingin memberi pelajaran pada orang yang menurut Anda sebagai biang keladinya. Tidak cukup berpikir dan berdialog dengan diri sendiri Anda pun berbagi perasaan dengan membuat status di FB yang ujungnya berbunyi : orang kaya begitu mesti diapain ya ?
Setelah status diposting berhamburanlah komentar dari FB friends Anda mulai dari yang isinya berempati, menasehati plus dalil, sampai yang ikut-ikutan merasa oh I know how you feel ! dan berujung memberi saran bagaimana melampiaskan balas dendam Anda.
Sebagai manusia wajarlah kalau kita merasa sebal, kesal, benci, illfeel, dan sejenisnya tapi bukankah kita selalu punya pilihan untuk menyikapi apa yang terjadi?
Misal Anda merasa dikhianati, dimanfaatkan, atau disakiti oleh seseorang. Pertanyaan kritisnya belum tentu orang tersebut bermaksud menyakiti Anda, bukan? Bisa jadi kita menangkapnya dengan perasaan berbeda. Kalau begitu sebenarnya kita sedang berurusan dengan perasaan kita bukan dengan orang yang menurut kita menyakiti kita. So, kita punya pilihan untuk berdamai dengan perasaan sendiri.
Perasaan sebal, kesal, benci Anda share di media sosial. Pertama, Anda berpotensi mengundang energi negatif berdatangan dari teman-teman Anda. Kedua, orang lain berpotensi menebak-nebak dan penasaran dengan orang yang Anda maksud terus menggali dan mencari-cari kesalahan orang tersebut. Ketiga, sebenarnya Anda sudah dapat mengira-ngira macam komentar apa yang Anda akan dapatkan. Keempat, bisa jadi ada orang yang merasa senang dengan kesusahan Anda dan alih-alih berempati dia malah berpikir bahwa Anda memang pantas diperlakukan demikian oleh orang tersebut siapapun dia. Kelima, hanya menunjukkan bahwa diri Anda lemah.
Ketika kita sedang berusaha untuk menjadi lebih baik, lebih sabar, lebih bijaksana bukankah Tuhan sering menguji kita. Salah satu ujiannya bisa melalui perilaku dari orang-orang yang dekat dengan kita. Tapi bukankah Tuhan juga selalu memberikan ujian dan cobaan tidak lebih dari kemampuan manusia?
So, dengan segala sikap dan perilaku orang kepada kita yang kita merasa kesal, sedih, sebal, benci, mual dan sejenisnya bagaimana kalau kita balas saja dengan menjadikan diri kita lebih baik, buktikan bahwa diri kita lebih kuat dan besar dibanding dengan masalah atau perasaan sakit dan sebal kita.
Orang bijak mengatakan bahwa cara terbaik untuk membalas dendam adalah memaafkan dan menjadikan diri kita lebih baik.

Spread the love