admin
admin

Daftar Peserta Lomba cerpen LDR [FINAL]

Selamat pagi, sebelumnya, selamat hari raya Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir bathin ya. Berikut daftar peserta yang telah kami terima:
1. Lost Distance Relationship – Linda Ratna Sari
2. Cinta Dari Tuhan – Indri Dwi Ayu
3. Padi dan Kapas – Ali Ahmad
4. Jaga Hati – Ali Ahmad
5. Terperangkap Digital – Rezky Agil
6. Cinta: Pertemuan dan Perpisahan – Siti Yulianingsih
7. Ujian Cinta – Amalia Nina P.
8. Bolehkah Aku Menyebutnya Begitu? – Riezky Aprilia Z.
9. Cry Bring Love – Nurdiani Soffa
10. Cinta Jarak Jauh – Ina Tanaya
11. I Want To Love You Like A Sunshine – Dayu Sri M.
12. Ombak Yang Tersesat – Evi Septiani
13. This Is Our Love – Evi Septiani
14. Melukis Senja – Agung Dermawan
15. Rona Langit – Heni Miranda
16. Lunar Tenggelam di Derainya Rinai – Rima Novizianti
17. Salah Menilaimu – Ritzy Alfresco
18. Kesetiaanku Sekokoh Tembok Ksatriaanmu – Okky Dwi
19. Wanted! Pacar Sewaan – Rini Ningsih
20. Saat Tak Hanya Jarak Yang Memisahkan – Andita Radianti
21. Jangan Salahkan Jarak – Ayu Tiara
22. Dekat Tapi Jauh – Mazziyatuzzahra
23. Pagar Betis 160 cm – Devananda
24. Pelukan 10 Menit – Siti Yulianingsih
25. Suatu Tantangan Setia – Nikmal Abdullah
26. Ketika Aku Mencoba Memeluk Jarak – Lourdes Florentine Mariso
27. Antara – Wiwit Aussy
28. Sudah Saatnya – Amy Ammoura
29. Feeling dan Jarak – Amy Ammoura
30. LDRku Ternyata? – Dwi Yunita
31. Kejutan Teristimewa – Ardita Destiani
32. Kejutan Terakhir – Ardita Destiani
33. Sebab Jarak Takkan Terpisah – Annisa Karina
34. Email Dari Kaki Merapi – Carolina Ratri
35. Aku dan Penantian – Novia Amirah
36. You’re My Superman – Anisa Nur Hani
37. Good Bye For All Memories – Rizki Maryani P.
38. Dirimu Kan Slalu Kunanti – Putri Ayu
39. Antara Cinta dan Bus Kota – Vita Novian
40. Pungguk dan Bulan – Bellantinae Briant
41. Cintaku, Bukan Cinta Biasa – Zahratunnisa
42. Tantangan Ezra – anisa Nur Hani
43. Janji Cinta Di Ujung Senja – Irna Novia Damayanti
44. Sejumput Cerita Cinta Online – Laily Nur Aini
45. Long Distance Relationshit – Pandu eka Panca
46. And Covered The Tracks – Zianka Mozza
47. Saling Percaya Pengokoh Cinta Kita – Ermi Agustin
48. Reno Hilang – Zulva Nur Wisda
49. Kembalinya Si Hitam – Khanza Aliffia
50. Long Destiny Relationship – Sari Widiarti
51. Always Love You – Jiah Al Jafara
52. Telepon Aku Malam Ini Juga! – Ratu Faradhibah
53. Karena Jarak Itu (Tak Selalu) Indah – Mifta Faradisa
54. Sepasang Sayap Yang Patah – Wawan Setiawan
55. Hujan dan Es Krim – Sinta Novia
56. Betapa Berharganya Sebuah Pertemuan – Diinaa Kaamilaa
57. Sarah – Wahyu E. Purba
58. Cinta Maya – Robianus Supardi
59. Kaca Bandara – Firmansyah
60. Aku Masih Disini – Hairun Nisa
61. Kita Masih Sama, Selalu Sama, dan Akan Terus Sama – Annisa’ Amalia
62. CINTAKU… Bukan Cinta Gila – Gunawan T.
63. Dua Tahun Dengan 15.000 Kilometer – Faradila Istiqa
64. Cinta Tak Mengenal Waktu dan Jarak – Anggino T.
65. Serdadu Rindu – Kristiawan B.
66. Surat Rindumu – Sarah
67. Jingga Menghilang Terengkuh Kembali – Asni A.S.
68. Jarak Tak Berarti Kita Jauh – Ismie Nurbarina
69. 1 Kalimat Untukmu – Nanda
70. Ending Our Story – Ulin Nurviana
71. Raisa Sayang, Mengertilah – Putri Larasati W.
72. Senandung Rindung Dari Melbourne – Rere Zivago
73. Selalu Bersama – Rinrin Indrianie
74. Tanpa Batas – Runty Anggoro
75. Rute Cinta – Gluck Fraulein
76. Ketika Hati Menanti – Witri Prasetyo Aji
77. Do’a Yang Tergumam – Aulia Rahmawati
78. Hati Yang Kutitipkan – Jay Wijayanti
79. Pemberi Harapan Nyata – Asagi Enpitsu
80. Dalam Penantian Cinta Si Kacamata – Santi Sumiati
81. My First Sight, R – Sima Al Khazini
 
Berikut daftar akhir naskah cerpen yang telah masuk. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan judul dan nama, harap memberi tahu di kolom komentar. Naskah yang dikirimkan melebihi deadline tidak akan dinilai. Terima kasih ^^

Lomba Cerpen, Tema: LDR [Naskah Lolos Dibukukan]

Saat aku dan kamu ditengahi oleh jarak.
Cinta mempertemukan dua hati untuk berlabuh, dua hati yang saling mengadu, dua hati yang selalu bertemu. Cinta, memang tempat bermuara dua manusia pada satu titik poros waktu. Lantas, bagaimana jika cinta harus terpisah oleh jarak? Dua manusia meregang rindu karena tertahan ribuan kilometer. Dua hati terpaksa menyepi karena jutaan lorong waktu yang tak lagi sehati. Dan, saat hati memilih untuk tetap menanti.
Long Distance Relationship menjadi salah satu pilihan menyemai cinta yang terlanjur membara. Walaupun sebagian besar orang menganggap bahwa LDR tak akan pernah berhasil dalam sebuah hubungan. Hanya kesengsaraan yang didapat, begitu katanya. Namun, masih ada hati yang bersedia menanti untuk bertemu pada satu titik pasti suatu saat nanti. Meski di suatu masanya nanti, hati akan bertemu pada satu titik saturasi yang akan menjadi penguji kesetiaan hati.
Pernah merasakan LDR? Bisakah tetap setia saat LDR? Akhirnya bersatu atau putus? Atau ada tips jitu untuk melanggengkan hubungan jarak jauh? Mari tuliskan kisah kalian baik fiksi (bukan fantasi) maupun kisah nyata dalam sebuah cerpen mini.
Syarat dan Ketentuan Lomba Cerpen:

  1. Lomba terbuka untuk umum dan tidak ada batasan usia.
  2. Tema: Long Distance Relationship: Aku, Kamu, dan Jarak.
  3. Cerpen bergenre salah satu diantara 3 genre ini: Romance, Inspirasi, Komedi.
  4. Harus ada setting waktu dan tempat yang jelas, karena sangat berpengaruh pada penilaian.
  5. Naskah diketik rapi pada jenis kertas A4, TNR 12, spasi 1,5; justify, margin 3 cm (1,18 inchi) untuk setiap sisi, dan panjang tulisan 5 halaman.
  6. Naskah merupakan karya asli, bukan saduran atau jiplakan, dan belum pernah dipublikasikan lewat media manapun serta tidak sedang diikutkan pada lomba lainnya.
  7. Tulisan tidak mengandung SARA dan pornografi atau melanggar hukum.
  8. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 naskah.
  9. Setiap peserta melampirkan biodata narasi maksimal 75 kata yang ditulis di bagian akhir naskah (masih dalam satu file tapi halaman terpisah).
  10. Naskah dikirim dalam bentuk dokumen (word) ke alamat email aiyuchee@yahoo.com sebagai attachment bukan di badan email, dengan subjek email: LDR_Judul Tulisan_Nama Penulis.
  11. Deadline pengiriman naskah: 20 Agustus 2013 pukul 22:00 WIB.
  12. Share info ini dan tag kepada 25 teman FB termasuk FB Ayu Ningtias (http://www.facebook.com/ning.aiyu).
  13. LIKE Fanpage Pena Nusantara (www.facebook.com/PENERBITPENANUSANTARA)
  14. Kirimkan konfirmasi pengiriman naskah ke Timeline Fanpage Pena Nusantara.
  15. Update peserta lomba bisa dilihat di Fanpage Pena Nusantara, website resmi Pena Nusantara www.penanusantara.com, dan blog http://aiyuchee.blogspot.com/.

Kompensasi terhadap naskah yang menang:

  1. Buku diterbitkan secara indie oleh Penerbit Pena Nusantara.
  2. E-sertifikat.
  3. Diskon 20% dari harga buku untuk setiap pembelian bukunya.

PENGUMUMAN NASKAH PILIHAN TAHAP 1 ANAKKU, MUTIARAKU AUDISI KEPENULISAN PENERBIT PENA NUSANTARA

Alhamdulillah, proses seleksi naskah telah selesai. Naskah-naskah pilihan telah diperoleh melalui berbagai pertimbangan yang diharapkan dapat menghasilkan karya terbaik.
Sebelumnya, kami ingin menyampaikan beberapa hal terkait dengan proses seleksi ini:
1. Karena nantinya buku ini akan mengulas setiap kisah dari sisi medis/psikologis, maka dalam pemilihan naskah saya dibantu oleh seorang tenaga medis.
2. Naskah-naskah yang terpilih dinilai berdasarkan kekuatan tema dan pesan yang disampaikan.
3. Beberapa naskah terkesan fiktif (bukan merupakan kisah nyata). Juga terdapat banyak naskah yang bukan merupakan pengalaman pribadi namun tidak menyantumkan narasumber.
4. Namun, banyak pula naskah yang bagus, namun dari segi tema/isi mempunyai kesamaan antara satu dengan yang lain, sehingga saya dihadapkan dalam pilihan sulit dalam menentukan yang terbaik.
5. Sub-tema Mutiara Yang Terabaikan dan Mutiara Yang Tersembunyi dengan berat hati akhirnya digabungkan menjadi Mutiara Yang Retak mengingat isi yang disampaikan.
6. Namun dari sub-tema Mutiara Yang Tersembunyi akhirnya muncul sub-tema baru yakni Mutiara Yang Istimewa juga karena mengingat isi yang disampaikan. Beragam kisah dengan penulisan yang baik disampaikan penulis yang berisi tentang perjuangan orangtua dalam mengasuh anak dengan kebutuhan khusus.
7. Dengan demikian, dari hasil seleksi ini akan dibuat menjadi dua buku yang akan diajukan kepada Tim Editor Penerbit Pena Nusantara.
Berikut ini adalah daftar naskah pilihan untuk tema utama Anakku, Mutiaraku:
Mutiara Yang Dinanti:
1. Menanti Sang Pelita Hati – Ade Tuti Turistiati
2. Inginku Tak Seindah RencanaNya Utari Giri
3. Ariz dan Nabila – Rere Zivago
4. Tak Sabar Ingin Dipanggil Ayah – Novida Eny
5. Kado Istimewa Dari Tuhan Mediana
6. Anakku, Mutiaraku – Sri Ningsih
Mutiara Yang Retak:
1. Impian Terakhirku – Ariny NH
2. Aku Bukan Mereka – Syahidinar Akbari
3. Hargai Peluh Semangatku – Sri S. Ningsih
4. Kamu Bisa Mutiaraku – Bunda Umy
5. Mutiara di Kursi Roda Rere Zivago
6. Bapakku, Pahlawanku – Ninik, S.S.
7. Biarkan Aku yang Menjadi Nyawanya Laily Nada (Fathy)
Mutiara Yang Bersinar:
1. Terima Kasih Telah Membanggakan Bunda – Meilina Widyawati
2. Dua Putri Sholeha Muanna
3. Impian, Target, dan Cita-cita – Tri Ismayawati
4. Debut Jadi Dubber – Ellnovianty Nine
5. Sekolah Dengan Kakek – Ekha Putri Minangsih Subara
6. Ana Puteri Kecilku Anisa
Mutiara Yang Menginspirasi:
1. Seribu Cium untuk Ummi – Rosaria Indah
2. Sang Guru Kecilku – Faiza Thoifur
3. Ketika Dia Merindu Surga Ismarti
4. Sajadah Panjang – Rere Zivago
5. Anak, Ibarat Samudra Ilmu Yang Luas – Ellnovianty Nine
6. Belajar dari Malaikat Kecil – Aisyah Prastiyo
Berikut adalah daftar naskah pilihan untuk tema Mutiara Yang Istimewa:
1. Anak terpilih Pipit Setiafitri
2. Dia Hadir dan Pergi Tanpa Permisi – Dwi Indah Lestari
3. Thalasemia dan Pangeran Kecilku – Maudi Yunistia
4. Istimewanya Buah Hatiku – F.R.Estiningsih Budi Rahayu
5. Diary Tentang Saya – Radita Puspa
6. Berkah FeelingSeorang Ibu – Ellnovianty Nine
7. Anakku Yang Mengajariku Kesabaran Maedah
8. Strong Pearl – Ika Mustafida
9. Anakku dan Atopi, Berjuang dan Kalahkan!! – Minuk Widiyanti
10. Malaikat Kecilku, Anugerah Cinta-Mu – Nurul Rahmah
11. Mutiara Daksa Merajut Asa – Dini Nurdianti
12. Dia Jiwaku Dan Akan Tetap Bersinar – Asni. A.S
13. Senyum Mbak Endang – Efierfita Sartuni
14. Shine Up Like a Diamond – Elia Fitria Sari Siregar
Berikutnya, kami akan menyusun naskah utuh untuk kedua buku. Beberapa penulis akan dihubungi kembali untuk perbaikan/penambahan naskah ataupun hal-hal yang memerlukan konfirmasi. Untuk itu, dimohon kerjasamanya sehingga semuanya dapat berjalan lancar dan menghasilkan naskah yang bagus dan bermanfaat.
Kemudian, Tim Editor Penerbit Pena Nusantara akan melakukan penilaian terhadap naskah utuh yang disusun dan memberikan keputusan akhir. Tim Editor berhak menentukan apakah tulisan yang telah dipilih ini akan diterbitkan seluruhnya atau tidak (seleksi tahap 2).
Demikianlah hasil seleksi tahap 1 ini diumumkan. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi seluruh peserta. Akhir kata, kami memohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan selama penyelenggaraan audisi ini.
Salam Karya,
Erni Misran dan Penerbit Pena Nusantara

DAFTAR PESERTA AUDISI KEPENULISAN ANAKKU, MUTIARAKU

Berikut ini disampaikan sebanyak 101 naskah yang telah masuk hingga batas akhir pengumpulan naskah (10 Juni 2013). Urutan naskah adalah berdasarkan email yang masuk.
 
Mutiara Yang Dinanti:
1. Menanti Sang Pelita Hati – Ade Tuti Turistiati
2. Biarkan Aku yang Menjadi Nyawanya Laily Nada (Fathy)
3. Sepertiga Malam Terakhir – Zainal Arifin
4. Upaya Penantian Mutiara Kehidupan – Toman Sony Tambunan
5. Inginku Tak Seindah RencanaNya Utari Giri
6. Akhirnya Engkau Ada Nak – Laily Fitriani
7. Yuki No Ko – When The Miracle Has Come – Ellnovianty Nine
8. Sebuah Penantian – Rokhmi Afifah Baroroh
9. Ariz dan Nabila – Rere Zivago
10. Ketika Caesar Menjadi Pilihan Terakhir – Syamila Khoir
11. Pengorbananku menjadi Ibu – Eko Tri Lestari
12. Akira Sang Pelita Jiwa – Astari Dwiranti
13. Mutiara Hatiku – Neti Mulyawati
14. Pengalaman Menakjubkan – Dedi Saeful Anwar
15. Mutiara Yang Hilang – Meinilwita Yulia
16. Tangisan Pagi HariArdini N Wijaya
17. Kelemahanku, Itulah Kekuatanku – Lusi Guntari
18.Berujung Bahagia – Haeriah Syamsuddin
19. Selalu Bersinar Di Hati Ummi – Titi Haryati Abbas
20. Buah KesabaranNeni Kurniati
21. Anakku, Mutiaraku – Neli Hoilani
22. Tak Sabar Ingin Dipanggil Ayah – Novida Eny
23. Kado Istimewa Dari Tuhan Mediana
24. Anakku, Mutiaraku – Sri Ningsi
25. Mutiaraku, Titipan Sebuah Impian – Jay Wijayanti
 
Mutiara Yang Terabaikan:
1. Yah, Bacakan Untukku – Misnan Riyanto
2. I Will Survive, MomM. Saipul
3. I Love You Just The Way You AreIrinne Amelia Solihat
4. Impian Terakhirku – Ariny NH
5. Aku Bukan Mereka – Syahidinar Akbari
6. Antara Mutiara dan Intan – Witri Prasetyo Aji
7. Aku Masih Punya Mama – Lalu Viqran Shink Khan
8. Hargai Peluh Semangatku – Sri S. Ningsih
9. Tuhan, Bantu Aku Memilih – Nurjanna Jamaluddin
10. Nasihat Si Pohon – Dwi Hadinata Prawira (Cat: naskah hanya 1,5 halaman)
11. Jangan Pergi Vier. – Sri Widati
12. Surat Untuk Bunda – Putri Noviasri
 
Mutiara Yang Tersembunyi:
1. Dia Hadir dan Pergi Tanpa Permisi – Dwi Indah Lestari
2. Mutiara di Kursi Roda Rere Zivago
3. Cahaya Remang – Nazri Z. Syah Nazar
4. Mutiara Daksa Merajut Asa – Dini Nurdianti
5. Anak Terpilih – Pipit Setiafitri
6. Senyum Mbak Endang – Efierfita Sartuni
7. Mutiara dalam Kebisuan Putri Kamila (Cat: mohon kirim ulang file dalam word 2007)
8. Kalimat Mujarab Ayahku – Rabiatul Adawiyah
9. Ini Jalanku – Anisha Hakim
10.Take Your Dream – Eka Arum (Cat: naskah hanya 1,5 halaman)
11. Thalasemia dan Pangeran Kecilku – Maudi Yunistia
12. Dibalik Kesabaran Seorang Ayah Dan Mamak – Rahayu Syafitri
13. Istimewanya Buah Hatiku – F.R.Estiningsih Budi Rahayu
14. Diary Tentang Saya – Radita Puspa
15. Berkah FeelingSeorang Ibu – Ellnovianty Nine
16. Lukisan Bintang Senja – Ika Nurmawati
17. Anakku Yang Mengajariku Kesabaran Maedah
18.Cinta Bunda untuk Ananda – N. Kirana
19.Strong Pearl – Ika Mustafida
20. Bapakku, Pahlawanku – Ninik, S.S.
21. Siapa Yang Tahu?? – Narisa Haryanti
22. Terserah Kamu, Anakku – Muhson Arifin
23. Aku Tidak Malu Melahirkanmu – Ulin Nurviana
24. Anakku dan Atopi, Berjuang dan Kalahkan!! – Minuk Widiyanti
25. Malaikat Kecilku, Anugerah Cinta-Mu – Nurul Rahmah
 
Mutiara Yang Bersinar:
1. Punya Anak Luar Biasa – Meliana Levina Prasetyo
2. Terima Kasih Telah Membanggakan Bunda – Meilina Widyawati
3. Kamu Bisa Mutiaraku – Bunda Umy
4. Chocolate Cream – Nisa Zakiyah Fajrina
5. Bintangku Untukmu Ibu – DA. Akhyar
6. Terima Kasih Ibu, Untukmu Ibu – Rodika Utama
7. Sebening Kasih Sayang Ayah – Neli Muna
8. Dua Putri SholehaMuanna
9. Anakku Adalah GurukuEli Kamaliah
10. Impian, Target, dan Cita-cita – Tri Ismayawati
11. Bintangku Masih Terus Bersinar – Septiana Nurjanatin Aulia
12. Mereka Bagiku… – Dewi Arumsari
13. Debut Jadi Dubber – Ellnovianty Nine
14. Dia Jiwaku Dan Akan Tetap Bersinar – Asni. A.S
15. Sekolah Dengan Kakek – Ekha Putri Minangsih Subara
16. Ana Puteri Kecilku – Anisa
 
Mutiara Yang Menginspirasi:
1. Seribu Cium untuk Ummi – Rosaria Indah
2. My Little Shafa – Arinda Shafa
3. Mutiaraku Sehat nan Cemerlang – Shantie Ummu Naura Zain
4. Pelajaran dari Abang dan Adik – Andiana Moedasir
5. Arik, Mutiara Yang Menginspirasi – Rosiana Febriyanti
6. Sang Guru Kecilku – Faiza Thoifur
7. Kobaran Sang Elang Rofiatul Adawiyah
8. Ketika Dia Merindu Surga Ismarti
9. Di Antara Tiga Bintang – Reni Agustini
10. Hidupmu Akan Indah Pada Waktunya Walau Tanpa Seorang Bapak – Belinda Habsyah
11. Setelah Ayah Pergi – Tapi Nureka Setia Lubis
12. Daya Juang Dan Mental Baja Yang Kuat – Ina Tanaya
13. Sajadah Panjang – Rere Zivago
14. Buah Hatiku, Surgaku – Shinta Rini
15. Tawa, Motivasi, dan Inspirasiku Wahyu Ningsih (Cat: mohon kirim ulang file dalam word 2007)
16. Sungkeman Spesial di Tahun Ke Empat – Rani Agustina Wulandari
17. Kedondong Dari Emak – Susi Setyorini (Cat: mohon kirim ulang file dalam word 2007)
18. Belajar Dari Malaikat Kecil – Aisyah Prastiyo
19. Anak, Ibarat Samudra Ilmu Yang Luas – Ellnovianty Nine
20. Kilaumu Terangi Hidupku – HF Inna
21. Anak Sulungku Inspirasi Kami – Ummu Hasnifa
 
Naskah Tanpa Sub-Tema:
1. Teduhkan Aku, Jangan Gurat Luka Dalam Batinku – Ayu Musa Hayatunnisa Putri
2. Shine Up Like A DiamondElia Fitria Sari Siregar
(Cat: Mohon konfirmasi sub-tema)
 
Beberapa peserta yang naskahnya diberi catatan, hendaknya memberi jawaban atau perbaikan paling lambat hingga 14 Juni 2013.
 
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi para peserta semua.
Nantikan pengumuman naskah terpilih pada 30 Juni 2013, in syaa Allah.
Mari terus berbagi dan menginspirasi lewat tulisan penuh hikmah.
 
 
Salam Karya,
Erni Misran dan Penerbit Pena Nusantara

AUDISI KEPENULISAN BUKU "ANAKKU, MUTIARAKU" (1 MEI – 10 JUNI 2013)

ANAKKU, MUTIARAKUSetiap anak mempunyai keistimewaan tersendiri
Bismillahirrahmanirrahiim
Manusia adalah sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya. Setiap anak yang terlahir memiliki kilau tersendiri. Ya, setiap anak terlahir istimewa! Adalah kedua orang tuanya yang berperan untuk mengarahkannya untuk mampu memperlihatkan dan melejitkan kilauan potensi yang dimilikinya.
Anak adalah asset berharga, bagaikan mutiara yang selalu memikat setiap mata yang memandangnya. Anak adalah tumpuan harapan yang akan menjalankan roda kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Sehubungan dengan peringatan Hari Keluarga Nasional (29 Mei) dan Hari Anak Nasional (23 Juli), Penerbit Pena Nusantara mengundang sahabat-sahabat semua untuk berpartisipasi pada audisi kepenulisan dengan tema Anakku, Mutiaraku.
Mari tuliskan kisah nyata yang inspiratif dan sarat makna tentang pengasuhan anak dalam upaya mendapatkan kilauan mutiaranya.
Syarat dan Ketentuan Lomba:
1. Lomba terbuka untuk umum.
2. Naskah berupa kisah nyata (pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang mendapat persetujuan nara sumber). Kisah yang menceritakan pengalaman orang tua dalam mengasuh anaknya, ataupun pengalaman anak yang menceritakan pola pengasuhan yang diterapkan orang tuanya. Kisah yang penuh hikmah dan menginspirasi.
3. Pilihan sub-tema:
a.Mutiara Yang Dinanti: merupakan kisah nyata tentang masa-masa penantian buah hati. Suguhkanlah kisah berupa kesungguhan usaha, kekuatan doa, dan keikhlasan selama masa penantian.Tampilkanlah kisah nan penuh haru, baik yang berakhir sendu maupun berujung senyuman.
b.Mutiara Yang Terabaikan: merupakan kisah nyata tentang buah hati yang terlahir dalam kondisi yang tak diharapkan hingga pada akhirnya terabaikan. Menceritakan keperihan kala buah hati terlahir ketika orang tuanya dalam keadaan tidak berpunya, atau saat hubungan kedua orang tuanya tidak mendapat restu, atau manakala kedua orang tuanya menjalin hubungan terlarang, atau terabaikan karena kesibukan orang tua. Kisah duka yang berujung dengan penyesalan ataupun kesadaran dari kedua orang tua.
c. Mutiara Yang Tersembunyi: merupakan kisah nyata tentang buah hati yang terlahir dengan penyakit bawaan atau kecacatan. Juga tentang anak yang terlahir sehat namun kemudian mengidap penyakit berbahaya/mematikan atau anak yang selalu melawan kepada orang tuanya. Juga tentang anak yang mulanya diharapkan/diarahkan untuk menjadi seseuatu sesuai keinginan orang tuanya namun ternyata memilih jalan sendiri atau mempunyai bakatnya sendiri. Kisah berisi pengalaman orang tua dalam menghadapi kekurangan anak namun kemudian menemukan semangat bahkan kelebihan di balik kelemahannya. Atau tentang pengalaman orang tua yang bangkit untuk mengarahkan dan menaklukkan kenakalan anaknya. Juga tentang pengalaman orang tua menemukan bakat lain dalam diri anaknya.
d. Mutiara Yang Bersinar: merupakan kisah nyata tentang kebahagiaan orang tua yang mempunyai buah hati yang bersinar. Sehat, cerdas, penurut, dan penuh potensi. Simaklah berbagai kisah para orang tua tentang pengalaman mereka menemukan dan membina sinar bintang di dalam diri anak mereka. Mengantarkan mereka menuju kesuksesan yang gemilang.
e. Mutiara Yang Menginspirasi: merupakan kisah nyata tentang tingkah polah anak yang menginspirasi orang tuanya ataupun orang-orang di sekitarnya. Bagian ini berisi kisah-kisah penuh hikmah serta kejadian yang menggugah yang mampu memberikan semangat dan mengubah hidup seseorang karena menemukan inspirasi dari tingkah polah seorang anak.
4. Naskah diketik rapi pada jenis kertas A4, TNR 12, spasi 1,5, justify, dengan batas margin 3 cm (1,18 inci) untuk setiap sisi, dan panjang 3-5 halaman.
5. Naskah adalah karya sendiri (bukan saduran) dan belum pernah dipublikasikan lewat media mana pun.
6. Setiap peserta melampirkan biodata narasi maksimal 75 katayang ditulis di bagian akhir naskah (masih dalam satu filetetapi pada halaman terpisah).
7. Naskah dikirim ke email: bagi_inspirasi@yahoo.co.idberupa attachment, bukan di badan e-mail.
8. Tulis judul e-mail dengan format: MutiaraPN-Sub TemaJudul Naskah-Nama Penulis.
9. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu naskah terbaiknya untuk setiap sub-tema.
10. Lomba ini dibuka mulai 1 Mei 2013 hingga 10 Juni 2013 (Jam 23:59 WIB).
11. Hasil lomba akan diumumkan pada tanggal 30 Juni 2013.
12. Bagikan info lomba ini kepada minimal 25 orang sahabat FB.
13. Kirimkan konfirmasi pengiriman naskah lomba ke timelinePenerbit Pena Nusantara pada linkberikut: www.facebook.com/PENERBITPENANUSANTARA
14. Naskah yang terpilih menjadi hak pelaksana lomba untuk dipublikasikan dalam bentuk buku.
15. Akan dipilih sekitar 6 naskah terbaik untuk setiap sub-tema untuk dibukukan. Buku akan diterbitkan oleh Penerbit Pena Nusantara secara indie atau mayor (bergantung kepada kualitas tulisan terpilih).
16. Keputusan Dewan Juri mengikat.
Hadiah:
Apabila naskah yang terkumpul dinilai layak diterbitkan secara mayor, maka setiap kontributor buku akan mendapatkan kompensasi sbb:
1. E-sertifikat
2. Beberapa eksemplar buku gratis senilai minimal Rp. 200.000
3. Souvenir cantik.
4. Buku didistribusikan secara nasional ke seluruh Indonesia
Namun, apabila buku diterbitkan secara indie, setiap kontributor akan mendapatkan kompensasi sbb:
1. E-sertifikat
2. Diskon 20% dari harga buku untuksetiap pembelian bukunya.
Selamat menulis, Kawan-kawan. Mari bersama berusaha untuk melejitkan kilau mutiara dalam diri anak-anak kita.
Salam Karya,
Erni Misran dan Penerbit Pena Nusantara

Pengumuman TAHAP I Lomba Akhir Tahun

SELAMAT kepada 23 finalis yang berhasil lolos dalam perlombaan ini. Berikut daftar para finalis yang berhak maju ke tahap berikutnya:
 
FIKSI
1. Aku Ingin Bertemu Arka, Oleh: Eni Lestari/FB: Eny-chan Mimegumi
2. Blog, Coklat, & 100 Yen, Oleh: Ty SakuMoto/FB: Puteri (Puteri Kusmawan)
3. Imajinasi Lelaki Kedua, Oleh: Petra Shandi/FB: Petra Shandi
4. Kejadian2 pada Layar, Oleh: Ardy Kresna Crenata/FB: Ardy Kresna Crenata
5. Mengurai Mimpi Kelam Masa Lalu, Oleh: Titi Haryati/FB: Titi Haryati Abbas
6. My Beautiful Bride, Oleh: Nastiti/ FB: Thy Nastiti
7. Only Look at Me, Oleh: Nastiti/FB: Thy Nastiti
8. Peramal Fiksi, Oleh: Abu Sudar/FB: Abu Waswas
9. Senja, Oleh: siti aminah faradiba halimatus sadiyah/FB: kishotenketsu wooksoo haebie
10. Seputih Cinta, Oleh: Amalia Mardiatul Maula/FB: Amalia Imud
11. Surat Menuju Surga, Oleh: T.H. Ihsan/FB: T.h. Ihsan
12. The Diary, Oleh: Lindsay Lov/FB: Lindsay Lov
13. Yani Ni Kieru Tsuki, Oleh: Kaname Hitsugaya/FB: Kaname Hitsugaya
14. Aku dan Takdir Ini, Oleh: Welly Eka Sukri /FB Yumeina Hanawa
15. Aku Ingin Belajar, Oleh: Sinta Uswatun Hasanah/FB: Sinta Uswatun Hasanah
16. Aku Tidak Gila, Oleh: Rizki Kusuma Wardani/FB: Qiqi Kusuma Wardhanie
17. Aku, Kau, dan Dia, Oleh: Tati Y Adiwinata/FB: Tati Yuni
18. Bob, Maafkan Aku, Oleh: Anita Rucitawati/FB: Niets Cempluk
 
NON-FIKSI
1. Ada Jam di Otak Penulis, Oleh: Zubeir el-Awwabi/FB: ?
2. Agar Tulisan Layak Terbit, Oleh: Mulyoto M/FB: Mulyoto M
3. Antara Selingkuh dan Belajar Mencintai, Oleh: M.L. Nihwan Sumuranje/FB: ?
4. Buku Resolusi Tahunan, Oleh: Sri Juli Astuti/FB: Sri Juli Astuti
 
PUISI
1. Siapa Aku ini, Oleh: Murni Oktarina/FB: Murni Du Di Dam
 
Seluruh finalis akan disaring lebih lanjut untuk penentuan 10 finalis pada seleksi TAHAP II. Pengumuman TAHAP II akan kami umumkan pada tanggal 17 Maret 2013. Hasil keputusan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
PENTING: Komentar dari pembaca atau pengunjung website merupakan salah satu poin penilaian kami.
Bagi yang tidak lolos dalam ajang ini, tetap SEMANGAT dan TERUS BERKARYA, ya…
 
Salam,
PENA NUSANTARA

Molly Bondan (Penerjemah Pidato Presiden Soekarno), Menulis Sampai Akhir Hayat

Oleh Ade Tuti Turistiati, Nara Sumber : Alit Bondan

Posisi penerjemah bisa jadi kurang populer karena dia sering berada di balik layar. Namun demikian, kedudukan penerjemah menjadi sangat penting karena dia harus dapat mengungkapkan apa yang tersurat dan yang tersirat dalam suatu tulisan dengan baik dan benar sehingga apa yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh orang lain yang membaca atau mendengarkan terjemahannya.

Adalah Molly Bondan, penerjemah pidato presiden Soekarno yang mungkin namanya sangat jarang kita dengar. Beliau memegang peranan penting dalam memberikan pemahaman atas tulisan-tulisan dan pidato-pidato presiden Soekarno yang diterjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris untuk konsumsi para diplomat dan wartawan asing, tamu negara, dan lain-lain pada waktu itu.
Molly Bondan yang lahir dengan nama gadis Marry Alithea Warner di Auckland, Selandia Baru pada tanggal 9 Januari 1912 adalah istri Mohamad Bondan, salah satu perintis kemerdekaan Republik Indonesia yang dibuang oleh Belanda ke Boven Digul bersama-sama rombongan Bung Hatta dari Tahun 1934 sampai 1943. Ketika Jepang menyerbu Indonesia, Bung Hatta kembali ke Jawa dan Mohamad Bondan dilarikan ke Australia. Di sanalah mereka bertemu dan menikah pada tahun 1946. Pada tahun 1947, keluarga Mohamad Bondan kembali ke Indonesia dan Molly Bondan aktif bekerja sebagai penyiar di RRI, menulis dan mengajar Bahasa Inggris. Karena kedekatan Mohamad Bondan dengan Bung Hatta, Bung Karno sedikit demi sedikit mengenal nama Molly Bondan sehingga pada akhirnya Molly dipercaya untuk menerjemahkan pidato-pidato kenegaraannya ke dalam Bahasa Inggris, terutama pidato-pidato pada peringatan 17 Agustus sejak Tahun 1950 s/d 1966.
Judul Pidato peringatan hari Kemerdekaan 17 Agustus dari Bung Karno yang diterjemahkan Molly Bondan adalah: Dari Sabang sampai Merauke (1950), Capailah Tata Tenteram Kerta Raharja (1951), Harapan dan Keyataan (1952), Jadilah Alat Sejarah (1953), Berirama dengan Kodrat (1954), Tetap Terbanglah Rajawali (1955), Berilah Isi kepada Hidupmu (1956), Satu Tahun Ketentuan (1958), Tahun Tantangan (1958), Penemuan Kembali Revolusi Kita (1959), Laksana Malaikat yang Menyerbu dari Langit, Jalannya Revolusi Kita atau JAREK (1960), Resopim (1961), Tahun Kemenangan atau TAKEM (1962), Genta Suara Republik Indonesia atau GESURI (1963), Tahun Vivere Pericoloso atau TAVIP (1964), Capailah Bintang-Bintang di Langit (1965), dan Jangan Sekali-kali meninggalkan Sejarah (1966).
Molly Bondan juga aktif dalam konferensi-konferensi Internasional sebagai staf Sekretariat dengan tugas menerjemahkan dan mengurus pidato-pidato para delegasi, antara lain dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan konferensi Colombo Plan ke-11 di Jogyakarta pada tahun 1959. Bahan kuliah Bung Karno mengenai Marhaenisme yang berjudul Shaping and Reshaping Indonesia, yang dipaparkannya pada tanggal 3 Juli 1957 untuk memperingati 30 Tahun berdirinya Partai Nasional Indonesia juga disusun dengan bantuan Molly Bondan. Pidato Bung Karno di PBB tahun 1958 dengan judul To Build The World A New , juga tak lepas dari sentuhan Molly Bondan.
Dengan sang suami Molly menerbitkan buletin bulanan Indonesia Current Affairs, Translation Service Bulletin setebal 90 halaman, yang diterjemahkan dari berita-berita koran yang terdiri dari berita politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam. Untuk pembuatan buletin tersebut Mohamad Bondan harus membaca tidak kurang dari 13 koran setiap hari, kecuali Minggu, guna memilih berita-berita yang merefleksikan Indonesia. Tugas Molly Bondan menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Buletin ini ditujukan untuk kedutaan-kedutaan asing di Jakarta dan banyak dimanfaatkan oleh universitas-universitas luar negeri yang mempunyai kajian mengenai Indonesia.
Kesehatan Mohomad Bondan mulai menurun pada tahun 1975. Berhubung tidak ada penggantinya, buletin terpaksa ditutup pada bulan Desember 1976. Molly juga menulis di beberapa koran, seperti Harian Kami (1968), antara lain mengenai Pancasila. Molly menyadari bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan banyak ide-ide mengenai kemanusiaan dan keadilan sosial yang telah ada di barat sejak abad ke 17. Untuk itu Molly menulis di Kompas sebanyak 11 artikel berseri mengenai ide-idenya selama tahun 1979. Molly Bondan yang telah mengabdikan hidupnya pada Negara Republik Indonesia wafat pada tanggal 6 Januari 1990 karena penyakit kanker yang dideritanya, tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke 78 dan dimakamkan di Tanah Kusir Jakarta Selatan. Tulisan-tulisannya dalam bahasa Inggris mengenai kebudayaan Indonesia yang ditik dengan mesin tik manual sebanyak 250 halaman masih tersimpan rapi di rumah putra tunggalnya, Alit Bondan. Salah satu topik tulisan almarhum mengenai kebudayaan Indonesia adalah Island of Golden Heritages : Indonesia.
Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti” (Ali bin Abi Thalib)

Islands of the Golden Heritage : INDONESIA

By Molly Bondan

Once there was a land that reached down from Asia to the north of Australia, sometimes stretching further south and west, sometimes broken up as the earths crust crumpled and land masses slowly shifted and were weathered away and broken down in the inexorable march of time. When Europe lay cold in wastes of ice, scoured by glaciers, what was left of that old land lay steaming in tropical down-pours, with great river valleys running east and north into the China Sea. Into these rivers the waters flowed as the great ice sheets melted and the islands of Indonesia were formed much as we know them today.
Even then, the land was inhabited. Pithecanthropus erectus, one of the earliest creatures to qualify as a man, inhabited an area in what is now Java and left his bones behind by a tributary of Bengawan Solo, which probably, in his day, joined the great river draining the land now under the Java Sea. We do not know what his relations might have been with the still older ancestors of modern man that have been found in Africa, or with his approximate contemporaries around Peking.
Between his time and ours, many cataclysms have rent the land. It is only the great ice melting that raises the seas 100 meters higher. Indonesia has been torn and scored in the holocausts of great volcanic eruptions that must have made the shattering roars and the tremendous waves of Tambor and Krakatau seems small indeed.
What became of Pithecanthropus erectus the almost man, the more than ape that walked erect on Indonesian soil three-quarters of a million years ago, this we do not know. Nor was he the only one. Meganthropus was a veritable giant, with a huge molar tooth and a shin bone showing he must have been eight feet tall. There was also Mojokerto Man and Ngandong Man and there was Wajak Man, who may have fathered the true line of descent to Homo sapiens, and who perhaps has relatives in the Australian aborigines.
About four thousand years from our own day, there was a sudden cultured change and the Bronze Age appeared, very well-developed it seems when it first came to Indonesian shores. Dongson, on the banks of the great Mekong River, not far from Luangprabang in modern Laos, is believed to be the cradle of the bronze culture for the whole of South East Asian, Indonesia included.
How this culture was transmitted is by no means clear. Skills may have been brought home by the seafaring peoples of the Indonesian islands of that time. It seems there was no great change in the languages of the earlier inhabitants of Indonesia, for there is no mark of the continental languages of that time in the tongues of today. But there may well have been a slow migration of peoples who assimilated with the local population, being in much smaller numbers. The different styles in the artifacts from this period indicate diversity; some seem to be indigenous; some are clearly Chinese, some appear even to have originated in the Indus Valley civilization, the towns of which were sacked at the beginning of this period by the onslaughts of the incoming Aryans.
Then, in the late Bronze Age, iron appears, applied on bronze as a cutting edge, or used as a precious metal for ornament and jewelry. The Indonesians of this culture produced some of the most remarkable craftsmen in metal the world have ever seen. They made moulds from stone, they made them from clay and used the lost wax processed, they engraved and embossed, they made alloys and knew how to apply one metal upon another. They produced huge kettledrums for the religious rites, the most renowned of which, being the largest kettledrum in the world, is still to be seen in Bali, where it is venerated as having fallen from the moon.
From this time onwards, it is possible to speak indubitably of a distinctive art and craft, of the appearance of a character in things that is typical of Indonesia and is not known on mainland Asia.  Undoubtedly, we have here some first elements of nation building. And side by side with this, there is evidence enough of the diversity that was to mark Indonesia ever since.
Two types of agricultural pattern prevailed. One was a migratory clan or tribe, living in a long house, so constructed it could be taken apart, removed and then put up again. The clan lived from rain-fed fields, and removed to another site when crops no longer flourished. The second type irrigated its fields and built close together.
Both ways of life needed constant cooperation and mutual help and attitudes of fellowship began to produce recognized systems of the joint hearing of burdens and the common sharing of what was produced.
The beginnings of Indonesian history or written records seem to come very late. Non Indonesian records.
Perhaps the classical beginning of writing in the need for record keeping did not occur until later. If the people did not think of land and natural wealth as private property but as a loan from the Creator to community or clan with perceptual continuity from one generation to another, perhaps they did not feel the need for records. If there were no priests to collect temple dues, and no temples, either just sage elders able to call up the soul of the ancestors, conjure their shadows to appear at night and speak with their voices, here would be no need for temple records either. If there were no kings over large areas and demanding payment for their regulating, but only a man wise in agriculture to lead the planting, another knowledgeable in ship building to tell the rest of the community how to go about putting up their houses, then there would be no need for writing either.
But at least when kings and dynasties and monks and temples both seem in the land, writing appears in Indonesia on monumental stones.
Tarumnagera and possible predecessor in Java, and Sriwijaya in Sumatra
There never may have been a time when the peoples of the Indonesian archipelago did not trade from island to island and from island to mainland. Han dynasty ceramics from the first, second and third centuries of the Christian era have been found with later Chinese ceramics from many parts of the country, notable the large islands of Sumatra, Java, Sulawesi as well as from the Moluccas. Fine muslins from India, silk from Japan, perhaps as well as China, these may well have been among the earliest imports. About the exports, there is no doubt whatever spices and sandalwood, ivory and ebony and other precious timbers, gold and silver and precious stones, cockatoos and orangutan, all the small but costly ingredients that developed into the Asian Trade.

The trade winds, the Spice Islands, antimacassars, gutta percha

The great empires of Indonesia grew up amidst the great international concourse of people and the Asia trade, though we know of the process mainly through legend. A century or so after Fa Hshiens visit and the writing of inscription on the Kutai and Tarumanagera stones, at the time when France was being shaped by Clovis of the Franks and the Toltecs ruled in Mexico, kingdoms began to arise in Sumatra and Java that would produce the two great nation states of Sriwijaya and Mojopahit.
For a thousand years from the beginning of the sixth century of the Christian era, one or other of these great empires, sometimes both, were major powers in South East Asia, their courts frequented by foreign embassies, their colleges acknowledged for their learning, their commercial connections and their political influence far reaching.
Of course, these were not empires in the modern sense with the fast-tied bonds of the imperial hegemonies of the nineteenth and early twentieth centuries. The Indonesian empires belonged to a day before such close knit structures were possible. Nor does it appear that day were based upon military might as with the Roman empire of the Mediterranean world. Probably they arose directly and simply out of the trade relations of great maritime states.
Legend tells of a magic light on Siguntang Mahameru, Great Mount of the Gods, with the paddy grain gold on it next morning with silver leaves and copper stalks gold inlaid. Three mystics youths were discovered by two women on the top of that hill, the middle one clad in a kings rich gown and seated on an ox so white it gleamed. He was Sang Suparba, who claimed descent from the great Iskandar, known to Europe as Alexander of Macedon, and from this youth a dynasty of kings was founded who ruled mighty Sriwijaya.
A part from legend, not much is known about the beginnings of Sriwijaya. If it is the same as the realm the Chinese recorded as Kan-to-li, then it was already sending delegations to the courts of China between 452 and 563 A.D. By the seventh century, records tell of monasteries to house a thousand monks and a great center of Buddhist learning and scholarship where people came from Eastern Asia to study languages and religion before journeying on to the holy places of the Lord Gautama in India.
The records made by Chinese scholars, some foundations on islands in an artificial lakes, many shards of Chinese ceramics, one or two inscriptions, an 11th century temple complex at Muara Takus in inland Riau, a fierce punitive raid by the Kingdom of Chola in Southern India to stop expansion. These and the golden glow of legend are almost all that we know of ancient Sriwijaya.
The Empire of Mojopahit that was centered on Mojokerto in East Java was preceded by a number of different kingdoms. Tarumanegara we know of and its possible predecessors; the early seventh century builders of the temples and courts of Dieng must have been at least a local power in their day; then came Matararam, which was Hindu, like Dien though Buddhist temples, including the great Borobudur, flourished in its midst in a way we do not fully understand. But fate overtook Mataram, almost certainly in the form of a tremendous explosion from Mount Merapi that poured ash upon the countryside until it lay meters deep and the people had to flee.
In East Java, the center of power shifted from Malang to Kediri, from Kediri to Singosari and from Singosari to near Mojokerto, where they remains of the capital of the Empire of Mojopahit can still be seen. From the founding of the Isana Dynasty under Mpu Sendok in 1928 A.D. to the formation of Mojopahit in 1293, there was much political turmoil, involving conflict with Sriwijaya in Sumatra as well, but there was a deal of cultural progress. Or is it simply that from this time onward we have some record in Old Javanese language written on palm leaves, not merely stone inscription?
Kertanegara of Singosari made a conscious attempt to unite the whole of the Indonesia archipelago in a single strong state, being faced by the expansionism of Kublai Khan, the Mongol who had China in his grasp. But Kertanegara was slain in a Palace revolt and it was left to his son in law to defeat the troops of Kublai Kahn and set up a new kingdom, Mojopahit, from which the dream of unity was carried forward.
Gajah Mada, Hayam Wuruk, Aditiawarman
These thousand years of the two great Indonesian empires was a period in which there flowered one of the worlds great civilizations and at the height of Mojopahits power and glory in the fourteenth cent Indonesia was one of the great powers of the world. The fourteenth century marked the beginning many changes in Europa as well as Asia. It was the time of the Great Schism, the preaching of Wycloffe and Huss and the Papal Court in Avignon; it was the time of the Black Death and the Great Fire of London and it the time of Wat Tylers Peasants Revolt. In China, the Mongol dynasty was at least evicted and the House of Ming was founded. In India, the Sultanate of Delhi broke up into many small kingdoms. The Moslem kingdoms in Iran and Mesopotamia were destroyed by Timurlane, whose empire making activities left little but destruction and terror behind him, though they stretched from Delhi to Smyrna. The Moslem hold on Spain was also under pressure and the old militancy of Islam seemed gone forever.
But as Mojopahit was weakened from within by palace conflicts, Islam took hold in Indonesia. Possible from the 11th century, Islam had been known, possibly mainly in the communities that traded up the Straits of Malacca, across the Bay of Bengal, around the southern foot of India, up into the Gulf of Persia and into the heart of the Arab world. In the fifteenth century Islam became militant of Java, and coastal Islamic stated were set up with Demak of north central Java the most famous of them. It seems that Islam supplied a new dynamism, a more democratic way of life that confronted and overcame the slow decadence that had crept into Hinduism in Indonesia with its castes and hierarchy of power.
When in 1453 the Ottoman Turks took Constantinople, they blocked the ancient land route from Asia to Europe at the Bosporus, and the Turks and Moors sealed off Christendom from the spices and all the silk and exotic goods from the East. So Europe ventured far to find another way to the islands where the spices grew that preserved foods and drink in the days before refrigeration was mechanized. Diaz rounded the Cape of Good Hope, Vasco da Gama found his way to India. Portugal and Spain were foremost among Europas adventurous, rivals and at war with each other. In their wake there came the Dutch and the British and the French. And there was black hatred between Catholic and Protestant in those days and bigoted narrow mindedness for other ways, other faiths, and other peoples.
 

LOMBA AKHIR TAHUN BERSAMA PENA NUSANTARA. MENANGKAN UANG TUNAI Rp.500.000!

Ketentuan Lomba:
 
1. Peserta pria atau wanita, tidak ada batasan usia
 
2. Tema bebas, fiksi ataupun non fiksi. Boleh juga mengirimkan artikel tentang tip dan trik dalam menulis
 
3. Tulisan tidak mengandung SARA atau melanggar hukum, bukan jiplakan, saduran, dan belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang diikutsertakan lomba
 
4. Naskah ditulis dengan huruf Times New Roman, font 12, spasi 1.5, kertas A4, margin 3333 dan minimal 3 halaman.
 
5. Tuliskan biodata (nama lengkap dan nama FB) di bawah naskah
 
6. Peserta dapat mengirimkan lebih dari 1 naskah
 
7. Naskah dikirim dalam bentuk Word (.doc) ke alamat emailpena.nusantara@yahoo.com sebagaiattachment, dengan subjek email:LOMBA AKHIR TAHUN
 
8. Men-tag atau men-share info ini kepada 10 teman FB dan FB Pena Nusantara
 
9. Semua tulisan yang masuk ke email kami akan kami tampilkan ke dalam website resmi kami. Komentar dari pengunjung website merupakan salah satu poin penilaian kami. Silakan bagi pengunjung website memberikan komentar terhadap naskah peserta.
 
10. Tulisan terbaik akan memenangkan uang tunai sebesar Rp. 500.000.
 
Deadline pengiriman naskah :9 Desember 2012, pukul 24.00 wib.
Pengumuman Lomba:
Seleksi I: 17 Februari 2013
Seleksi 2: 17 Maret 2013
Seleksi 3 (seleksi akhir): 17 April 2013
 
 
Be creative with us,
 
 
Pena Nusantara

Konfirmasi Naskah Audisi Penulisan Buku "Indonesia Bersyukur"

1. Anak Indonesia Mampu Bersaing di Dunia Internasional-Idhel_Aa
2. Aku Tidak Bangga dengan Indonesia-Muhammad Aris S
3. Anugerah Pesona Alam Indonesia-Fuatuttaqwiyah E
4. Bandara Karya Anak Negeri-Uyuy Aini
5. Bangga Berbahasa Indonesia-Salwa Alifah
6. Bangsa Beragam Budaya Hanya Indonesia-Lukni Maulana
7. Belaian Cinta Indonesia-Henny Herwina
8. Bermodal Amanah, Keyakinan, serta Prinsip Hidup-Luri Handayani T
9. Bersyukurlah Bumi Khatulistiwaku-Rini Agustina
10. Bersyukurlah Musibah Masih Datang-Lismomon Nata
11. Bersyukurlah, Ternyata Inklusi itu (Masih) Ada-Dwitya Sobat Ady Dharma
12. Bukan Aset Biasa-Ragil Kuning
13. Di Bawah Lantai Masih Ada Tanah-Sandza
14. Harumkan Merah Putih Kita-Rival Ardiles
15. I Love Indonesia-Febbyros Anmarlina
16. Indo Emirat-Rose Mawar Berduri
17. Indonesia Is Perfection-Satria Aqsat T
18. Indonesia itu Berkah-Inayah Natsir
19. Indonesia Kaya-Omaho
19. Indonesia Negara Gagal-Nikky Vianti
20. Indonesia Lebih Kaya-Anung D’Lizta
21. Indonesia Punya Segalanya- Ida Fauziah
22. Indonesia Sudah Merdeka, Alhamdulillah_Pritha Khalida
23. Indonesia yang Spekta: Mereka yang Hebat-Rafael Isfan
24. Jati Diri Indonesia-Faster
25. Ke Museum Nasional Tanpa Repot – Dian Setiyaningsih
26. Kekayaan Tropis yang Tiada Bandingnya-Fitri Nurhati
27. Keunggulan Zamrud Khatulistiwa-Pelangi Hati
28. Kita Masih Bisa Bernapas – Intan Daswan
29. Laut Indonesia Dambaanku-Dwi Nur Fitrani
30. Memanen Syukur Megabiodiversitas-In Amullah
31. Memberikan Kesempatan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Umum untuk Indonesia yang Lebih Baik-Ade Tuti T
31. Memori yang Tertinggal-nbact
32. Mendobrak Keterbatasan dengan Syukur-Tri Sapta Marsiawati
33. Menjadi Perempuan Indonesia, Mewah-Riris Istighfari
34. Menuju Indahnya Keberagamaan di Indonesia Sesuai Pancasila-Tomy M. Saragih
35. Mulai Bersyukur atas Karya Anak Bangsa-Nenny Makmum
36. Nikmatnya Beribadah di Indonesiaku-Kumi Laila
37. Nusantara: Mutiara Asia Tenggara dan Harga Karun Atlantis-Rashashi Ihsani
38. Pancasila: Energi Kerukunan dan Perdamaian-Alfan Arifuddin
39. Pemuda Membangun Peradaban-Naina Humaira
40. Percaya Diri Kuliner Indonesia-Deal
41. Perjuangan ACIKITA Membangun Bangsa-Frezz-zy
42. Pertelevisian Indonesia-Yuslisul Pransiskasari
43. Pluralitas Kemajemukan Beragama dalam Kerangka Kerukunan Negara Kesatuan Republik Indonesia-Arlando
44. Prestasi di Sirkuit Sepang-Erni Misran
45. Ragam Pariwisata Ragam Budaya Indonesia-Rejoice Loyal Strong
46. Ras Indonesia Paling Sempurna-Milevia
47. Robot Karya Indonesia dalam Persaingan Internasional-Kiebum
48. Rumus Keindahan-Fari Ulin
49. Saat Syukur Hadir di Tengah Adzan-Risa Mutia
50. Seharum Melati Seindah Pelangi-Hana Sugiharti
51. Solusi Sehat dan Cantik dari Alam Indonesia-Eiyta Ardina
52. Sungguh, Indonesia Kaya-Fifi Hafizhah N.K.
53. Syukur Tiada Henti sebagai Muslim Indonesia-Bidadari Azzam
54. Syurga Dunia dari Khatulistiwa-Prama Widayat
55. Thank Allah-Dina Merris
56. Titipan Istimewa-Abu Ilman
57. Toleransi yang Mendamaikan Indonesia-Iwan Wahyudi
58. Wanita Muslim Cerahkan Indonesia_Fitri Nurhayati
59. Yuk Syukur Together-an-Muhammad Ali F.
60. Yuk, Bangga Jadi Indonesia -Cantika Diptra
 
Note:
1. Silakan bagi seluruh peserta di atas agar masuk ke dalam Group “Peserta Audisi IB
2. Bagi peserta yang telah mengirimkan naskahnya, namun tidak menemukan judul naskahnya pada daftar konfirmasi di atas, bisa mengirim ulang naskahnya kepada kami (pena.nusantara@yahoo.com) paling lambat pada tanggal 22 agustus 2012 pukul 13.00 wib, yaitu dengan cara mem-FORWARD-kan email sebelumnya.
 
Demikian, terimakasih banyak atas seluruh partisipasinya.
 
Salam Syukur,
Pena Nusantara
–Helping You with FREE Publishing–